Senin, 24 Oktober 2016

Tinju Sambuik Sapuluah, "Kitab Silat" Tuanku Imam Bonjol yang Terlupakan



Dalam sejarahnya, Tuanku Imam Bonjol melatih 5.000 pemuda Bonjol menjadi pesilat tangguh. 400 orang di antaranya malah merupakan pengawal pribadi.

Tak heran, Tuanku Imam punya aliran silat sendiri. Namanya, Tinju Sambuik Sapuluah.

�Ini merupakan silat turun temurun dari Doman Rajo Mau. Ia mendapatkan ilmu silat ini dari pengikut setia Tuanku Imam Bonjol yang ditangkap Belanda dan di penjara,� ujar Pelatih dari Silat Tinju Sambuik Sapuluah, Hendri Jasril Kari Jolelo pada ranahberita.com, Minggu (24/8/14).

Silat ini menggunakan langkah tiga. Dengan filosofi �suruik salangkah ba arti manang, maju salangkah ba arti kalah� (mundur selangkah berarti menang, maju selangkah berarti kalah). Saat ini, ia mengajarkan di hampir seluruh daerah Bonjol, Pasaman.

Dari data dan wawancara yang dihimpun ranahberita.com, tidak diketahui kapan dan di mana Tuanku Imam mempejari silat. Tapi, tak diragukan, ia banyak memiliki pengawal dan pengikut setia setelah menjadi pemimpin Bonjol.

Tuanku bukan orang pelit. Ia menurunkan jurusnya pada siapa saja yang mau belajar. Di antara yang jadi muridnya adalah dua dari pimpinan Barampek Selo Bonjol. Tuanku Gapuak berasal dari Bonjol dan Tuanku Keluat yang berasal dari Agam yang merupakan kemenakan dari Tuanku Nan Receh. Ada juga panglima pasukan seperti Tuanku Limau Manih dari Palupuah dan Bagindo Tan Labiah (Tan Lobe).

Malang nasib Bagindo Tan Labiah. Ia tertangkap Belanda. Beliau dipenjarakan di Padang. Semasa di penjara, ia bertemu tahanan bernama Ajo Paman berasal dari Pariaman.

Singkat cerita, Ajo diangkat sebagai murid. Setelah sekian lama dipenjara, Tan Lobe dipindahkan ke Manado pada 1840. Di Manado, Bagindo mengembangkan ilmu silatnya dan mengajarkan pada napi dan masyarakat yang ada. Di Manado, Silek Tinju Sambuik Sapuluah terkenal �dengan nama silek cakak atau silek baginda. Pada 1888, beliau meninggal dunia di sana.

Di Minangkabau, sebelum dibebaskan Belanda, Ajo mengangkat Upeh (Opas, sebutan untuk penjaga penjara masa Belanda yang berasal dari pribumi) Doman Rajo Mau sebagai murid. Dari sinilah ilmu silat itu kembali ke Pasaman.

Doman merupakan pribumi asli Nagari Ganggo Hilia dalam daerah Kampuang Dalam, Pasaman. �Setelah dibebastugaskan sebagai Upeh, Doman menurunkan Jurus Tinju� pada anak kandungnya, Abdul Aziz Sutan Sinaro dan kemenakannya Manan Rajo Mau.

Muridnya yang lain, Sutan Saidi Rasiak berasal dari Padang Laweh, Nawi dari Padang Baru Ganggo Hilia serta Buduik Sarumpun berasal Kampuang Baru Ganggo Mudiak.

Murid Doman, lalu menyebar ke berbagai daerah. Sutan Saidi pernah pergi ke Kedah, negara bagian Malaysia. Di sana ia mengikuti pertandingan silat melawan Raja Cina dan menang

Sutan menurunkan ilmu silat ke beberapa orang murid. Setelah merasa muridnya menguasai segala gerak, Sutan kembali ke Bonjol.

Sedangkan Rasiak mengembangkan ilmunya di Kampung Baru Ganggo Mudiak. Buduik Sarumpun ke Kampung Koto Ganggo Hilia. Sedangkan Manan, pergi merantau dan mengembangkan ilmu silatnya di Kampung Pisang, Medan.

Muridnya yang lain, Sutan Sinaro menurunkan ilmu itu pada anaknya� yang bernama Muhammad Sahen Kari Jolelo dan Abdul Murat Kari Mudo.

Kari Jolelo menyebarkan di Padang Bubuih sampai ke Tanjung Bungo. Sementara Kari Mudo dan Amri Sutan Pamenan sampai saat ini masih mengembangkan silek di Ganggo Hilia�dan Ganggo Mudiak.

Kari Jolelo pulang ke kampung halaman dan membuka sasaran. Sekarang, anaknya, Hendri yang meneruskan.

Saat ini ada 50 murid yang sedang belajar ilmu silat ini. Kami bersyukur, ilmu silat ini menjadi kegiatan ektra kulikuler di SMPN 01 Bonjol. Kami latihan setiap Jumat sore,� jelas Hendri.

Aliran ini masuk dalam Perguruan Pencak Silat Tradisional Torpedo Bonjol, yang beralamat di Pasar Equator, Jorong Kampung Alai, Ganggo Mudiak Kecamatan Bonjol, Pasaman.



Tuangku Imam Bonjol

sumber:
RanahBerita

Tidak ada komentar:

Posting Komentar