Oleh : Nasrudin Attijani
Kiyai
Terumbu merupakan ulama besar Banten pada Abad 15 sebelum sultan
Hasanudin menjadi sultan di Kerajaan Banten dan pada masa tersebut
kerjaan Banten belum menjadi kerajaan islam dan beliau bermukim di suatu kampung, yang mempunyai 5 orang anak dan anak pertama bernama Abdul Fatah.
Menjelang
usia dewasa Abdul Fatah pernah mempunyai istri dari manusia dan usianya
tidak lama dan Abdul Fatah ingin mencari seorang istri lagi tetapi
tidak ada yang mau di peristri oleh Abdul Fatah karena takut usianya
tidak lama seperti istri sebelumnya dan Abdul Fatah mengembara dari satu
kampung ke kampung lainnya tapi belum juga mendapatkan jodoh. Akhirnya
beliaupun menghadap kepada Ki Terumbu untuk meminta saran agar cepat
mendapatkan seorang istri. Ki terumbupun memberikan saran, agar menjadi
seorang Aulia Allah harus menikah dengan bangsa jin islam. Dan untuk
menemukan jin islam perempuan pun tidak mudah untuk menemukanknya dan
untuk menemukannya Ki Terumbu menyarankan untuk membuat suatu sumur pemandian di suatu kampung yang terdapat alasnya ( hutan ) yang
tidak jamah oleh manusia apabila sumur tersebut digunakan mandi oleh
jin perempuan islam, maka Abdul Fatah harus mengambil salah satu pakaian
jin tersebut .
Beliaupun
menjalankan saran Ki Terumbu untuk membuat suatu sumur pemandian
pertama di kampung kasemen, tapi setelah beberapa waktu dilihat ternyata
belum ada tanda � tanda adanya jin tersebut, Abdul Fatahpun membuat
lagi sumur pemandian di kampung pontang sekarang tirtayasa tetapi belum
juga berhasil. Dan akhirnya beliau meminta saran Ki Terumbu lagi dan Ki
Terumbu menyarankan agar membuat sumur yang bernama sumur pulauan di
kampung yang ditempati oleh ki terumbu kp. Padadaran ( sekarang kp.
Terumbu ), setelah dibuat selang 3 hari akhirnya Abdul fatah menemukan
tanda � tanda bahwa sumur pemandian yang di buatnya terlihat keruh pada
malam hari dan keesokan harinya beliau mengintip sumur tersebut dan
menemukan tiga jin perempuan sedang mandi pada sumur pemandian tersebut.
Dan beliaupun mengambil salah satu baju jin perempuan tersebut, tetapi
kedua jin yang lainnya langsung mengetahui dan langsung mengambil
pakaiannya dan menghilang sedangkan jin perempuan yang satunya lagi
masih ada di sumur pemandian tersebut tidak bisa menghilang karena
pakaiannya dipegang oleh Abdul fatah dan di sembunyikan di lumbung pari
agar tidak ditemukan oleh jin tersebut.
Dan
Abdul Fatahpun langsung memberikan pakaian manusia untuk di kenakan
oleh jin perempuan tersebut. Jin tersebut langsung dibawanya kerumah Ki
Terumbu untuk langsung dinikahkan dengan wali hakim. Dan dinikahkan oleh
ki terumbu dan ki terumbu memberi pesan bahwa kedua mempelai bisa hidup
normal seperti manusia biasa dengan catatan jangan sampai istri Abdul
Fatah mengenakan baju jinnya kembali, apabila mengenakannya akan
langsung hilang. Dan Abdul Fatah pun mengikuti nasehat Ki Terumbu.
Hasil
pernikahan ki beji dengan jin perempuan tersebut dikaruniai 3 orang
anak diantaranya : anak pertama bernama Tanjung anom, anak kedua.
bernama Kudup melati, anak ketiga bernama Dewi Rasa. Pada waktu syarif Hidayatullah
akan rapat dewan walisongo membawa anaknya sultan hasanudin ( sebelum
menjadi raja Kesultanan Banten ) kepada Ki Beji untuk
dititipkan sementara syarif Hidayatullah Rapat dengan Walisongo di Demak
beserta KH. Abdul Fatah ( Ki Beji ). Perjalanan menuju Demak memakan
waktu 3 hari 3 malam untuk sampai lokasi Mesjid Demak dan
pulangnya memakan waktu 3 hari 3 malam. Pada waktu perjalanan menuju
Demak ada beberapa kejadian penting diantaranya :
1. Pada
hari pertama perjalanan Ki Beji menemukan burung dara mati didepannya
dan Ki Beji pun menangisi Burung dara tersebut dan berkata : � andai
saja ya Allah burung ini hidup dapat berguna bagi anak dan keluarganya�,
dan seketika itupun Allah mengabulkan permintaan Ki Beji. Burung dara
itupun langsung hidup dan berkata kepada Ki Beji : � jika Ki Beji butuh
pertolongan maka saya akan membantu Ki Beji dengan cara injrk bumi 3
kali � . dan Ki Beji pun mengiyakan permintaan Burung itu, dan burung
tersebut langsung menghilang.
2. Pada
hari kedua perjalanan Ki Beji menemukan belut putih mati didepannya dan
Ki Beji pun menangisi belut putih tersebut dan berkata : � andai saja
ya Allah belut putih ini hidup dapat berguna bagi anak dan keluarganya�,
dan seketika itupun Allah mengabulkan permintaan Ki Beji. belut putih
itupun langsung hidup dan berkata kepada Ki Beji : � jika Ki Beji butuh
pertolongan maka saya akan membantu Ki Beji dengan cara injak bumi 3
kali � . dan Ki Beji pun mengiyakan permintaan belut putih itu, dan
belut putih tersebut langsung menghilang.
3. Pada
hari kedua perjalanan Ki Beji menemukan lalat besar mati didepannya dan
Ki Beji pun menangisi lalat besar tersebut dan berkata : � andai saja
ya Allah lalat besar ini hidup dapat berguna bagi anak dan keluarganya�,
dan seketika itupun Allah mengabulkan permintaan Ki Beji. lalat besar
itupun langsung hidup dan berkata kepada Ki Beji : � jika Ki Beji butuh
pertolongan maka saya akan membantu Ki Beji dengan cara injak bumi 3
kali � . dan Ki Beji pun mengiyakan permintaan lalat besar itu, dan
lalat besar tersebut langsung menghilang.
4. Pada
malam terakhir perjalanan pulang menuju Kp. Terumbu Banten, Ki Beji
menemukan Burung Garuda mati didepannya dan Ki Beji pun menangisi Garuda
mati tersebut dan berkata : � andai saja ya Allah Garuda mati ini hidup
dapat berguna bagi anak dan keluarganya�, dan seketika itupun Allah
mengabulkan permintaan Ki Beji. Burung Garuda itupun langsung hidup dan
berkata kepada Ki Beji : � jika Ki Beji butuh pertolongan maka saya akan
membantu Ki Beji dengan cara injak bumi 3 kali � . dan Ki Beji pun
mengiyakan permintaan Garuda itu, dan Garuda tersebut langsung menghilang.
Sesampainya
Ki Beji di rumahnya, beliau kaget karena mencari � cari istrinya tidak
ada di rumah, dan Ki Beji langsung kerumahnya Kiyai Terumbu menanyakan
keberadaan istrinya yang hilang. Ki terumbu mengingatkan kepada Ki Beji
sebelum berangkat, agar kunci gudang ( lumbung ) tempat menyimpan baju
jin istrinya agar tidak diberikan kepada istrinya Ki Beji, Ki besus (
penjaga rumah Ki Beji ) yang di amanati Ki Beji agar menjaga kunci
tersebut tidak di berikan kepada siapapun termasuk istrinya. Ternyata ki
besus hilaf akan tugasnya ketika itu ki besus tertidur ketika menjaga
rumah dan tanpa disadari istri Ki Beji mencurinya dan langsung
menghilang. Ki Beji seharusnya tahu isyarat pada waktu perjalanan pulang
menemukan Burung garuda mati tersebut bisa membawa Ki Beji ke negeri
Jin menurut Ki terumbu. Maka seketika itu Ki Beji langsung memanggil
Garuda itu dan langsung datang, dan langsung membawa Ki Beji ke negeri
jin tempat istrinya tinggal. Sampailah Ki Beji ke negeri Jin dengan
Garuda, di pintu gerbang Ki Beji menemukan penjaga negeri jin dan
melarang manusia memasuki negerinya, tapi Ki Beji bersikeras akan
membawa pulang ke dunia istrinya. Penjaga itupun mempersilahkan Ki Beji
membawa istrinya dengan beberapa syarat :
- Ki Beji dikasih keranjang untuk mengangsu air ke negeri jin
Dalam
pikirannya beliau berpikir bagaimana mengangsu air dengan keranjang
sedangkan keranjang itu bolong � bolong, dan beliaupun teringat pada
belut putih yang hidup di air. Dan dengan bantuan belut putih itu Ki
beji dapat mengangsu air dengan cara keranjang tersebut di lilit dengan
tubuh belut putih tersebut.
- Ki beji di suruh membawa kacang ijo sekarung dibuang oleh penjaga negeri jin ke dunia agar membawanya kembali utuh menjadi satu karung kembali. Dan Ki beji meminta bantuan kepada burung dara untuk memakan semua kacang yang bercecer dan memasukkan kembali ke karung untuk di bawa ke negeri jin
- Ki Beji disuruh mencari istrinya berada sedangkan istana jin itu beratus lantai dan harus tahu dimana lokasi tampat istrinya berada. Ki Beji pun meminta bantuan kepada burung dara agar mencarikan lokasi dimana istrinya berada dan waktu itu burung dara itu langsung laporan ke Ki Beji bahwa sudah menemukan istrinya berada.
- Setelah ketemu dimana istrinya berada, sekarang Ki Beji harus menemukan dimana istrinya sedangkan bangsa jin perempuan wajahnya sama mencapai ribuan. Ki Beji meminta bantuan lalat besar agar ditemukan keberadaan istrinya. Ki Bji menyuruh lalat tersebut menghinggapi wajah muka istrinya dan tebakan Ki Beji itu benar. Jin perempuan itu di Tanya oleh penjaga negeri jin, � benar kamu sudah menikah dengan Ki Beji bangsa manusia?� dan jin tersebut mengiyakan perkataan Ki Beji maka di bawalah istrinya kembali ke kp. Terumbu dan menjalani hidup normal seperti manusia hingga mempunyai 3 orang anak ( Tanjung Anom, Kudup Melati, Dewi Rasa )
Julukan
Ki beji karena beliau berhati besi atau beji yang membangkang pada
kompeni dan tidak mau diusir oleh penjajah kompeni ( Belanda ) dari
tanah kampung terumbu Banten. Masyarakat dan keturunan Ki Terumbu
diajari ilmu silat dari anak � anak hingga dewasa untuk melawan
penjajahan belanda hingga sekarang silat ini turum temurun masih terjaga
kelestariannya di kampung terumbu, Kasemen serang. Pada keturunan ke 4
atau cicit dari H. Agus( anak ke 4 dari Ki Zunedil Qubro bin Ki Terumbu )
yaitu H. Mad sidiq mewarisi ilmu silat Bandrong dan
mempunyai istri di pulo ampel bojonegara - Serang serta mengembangkannya
aliran silat ini ke daerah cilegon dan sekitarnya untuk melawan
penjajahan belanda dan jepang sedangkan M. Idris mewarisi ilmu silat
terumbu dan beliau bermukim di kampung terumbu dalam pengembangannya
aliran silat ini berkembang di daerah serang dan sekitarnya untuk
melawan penjajahan belanda dan jepang.
Mukjizat / Kesaktian Keturunan Terumbu
Nyi
jong mempunyai kesaktian sebuah kerudung, apabila di simpan di pohon
maka akan ada lautan darah di tempat tersebut, karena pada waktu kompeni
akan menyerbu kampong terumbu, beliau mengikatkan kerudungnya pada
sebuah pohon dan kampung terumbu pun menjadi lautan darah dan pasukan
kompenipun terkecoh oleh kekuatan dan kesaktian nyi jong dengan
kerudungnya dan merekapun meninggalkan kampung terumbu.
Nyi Audah mempunyai umur yang panjang hingga 300 tahun.
H.
Buang mempuyai kesaktian dapat mengalahkan macan siluman yang ada di
benteng Jakarta sekarang menjadi lapangan benteng. Pada zaman VOC /
kompeni menduduki sunda kelapa, setiap pasukannya melewati lapangan
benteng selalu mati diterkam oleh macan siluman. Kompeni pun mengadakan
sayembara hadiah kepada siapa saja yang yang dapat mengalahkan macan
siluman itu akan dihadiahi tanah seluas 1 hektar, waktu itu H. Buang
datang ke kompeni memakai dan membawa dagangan kacang pikulan. Kompeni
tidak percaya akan penampilan pada H. Buang karena pakaianya sederhana
tidak kelihatan seperti jawara, akhirnya H. Buangpun di terima untuk
membunuh macan siluman yang ada di benteng, tak lama kemudian H. Buang
dapat mengalahkan macan siluman itu dengan mudah. Setelah itu pasukan
kompeni dapat melewati daerah benteng dengan aman dan menghadiahi beliau
tanah yang dijanjikan.
Sejarah diperoleh hasil diskusi dan wawancara pada tanggal 7 April 2007
dengan sesepuh kampung terumbu Kab.serang - Banten
Tidak ada komentar:
Posting Komentar