Selasa, 25 Oktober 2016

Menabur Benih Pendekar Muda (r)




detikbeksiSejumlah ilmu beladiri, seperti karate, judo, taekwondo, sudah menjadi kegiatan ekstrakulikuler baik di SD, SMP dan SMU di Jakarta. Pencak silat yang merupakan kebudayaan bangsa sendiri, juga ikut menjadi kegiatan eskul. Namun rupanya, tidak semua jenis pencak silat mantap bertahan. Silat Betawi seperti Beksi, rupanya agak terseok-seok untuk maju.

"Hambatan pencak silat, seperti Beksi (pencak silat khas Jakarta) ini, kurangnya manajemen organisasi dengan baik, belum lagi soal dana," kata Ketua Umum Perguruan Pencak Silat (PPS) Beksi H Hasbullah, Haji Basyir, dalam obrolannya bersama detikcom di kediaman dan padepokannya di Jl KPBD, Kampung Baru, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Selasa (25/5/2010).

Pencak silat Beksi, lanjut Basyir, saat ini baru diajarkan di tiga sekolah, yaitu di Putra Satria, Maambaul Ulum dan SMUN 90 Petukangan, Jakarta Selatan. Beksi diharapkan bisa memasuki semua sekolah di DKI Jakarta, karena merupakan bagian dari kebudayaan Betawi.

"Tidak tertutup kemungkinan kita bisa mengajak Dinas Pendidikan agar ini dijadikan kurikulum. Tapi kita harus berbentuk lembaga hukum, seperti yayasan. Ini sedang kita rintis," terangnya.

Basyir mengakui anak muda memang kurang berminat mempelajari silat Beksi. Apalagi di Jakarta, banyak ilmu beladiri luar negeri yang baru masuk dan dianggap lebih modern misalnya saja Capoeira dari Brazil. Para guru silat Beksi pun melakukan sejumlah modifikasi dengan membuat formasi jurus, agar silat Beksi lebih mudah dipelajari.

"Kalau orang sudah tahu kegunaan atau makna jurus itu, akan lebih tertarik. Orang Swedia saja ada yang belajar, karena tekniknya tidak kalah dengan Aikido dan Jujitsu. Jurus kunciannya mematikan juga," tegasnya.

Silat Beksi adalah hasil akulturasi budaya Betawi dan China. Dahulu, penciptanya adalah Lie Cheng Oek, warga keturunan China dari Kampung Dadap, Tangerang Banten. Silat Beksi kini sudah diajarkan sekitar empat generasi, termasuk salah satu cabangnya, silat Beksi Haji Hasbullah yang merupakan murid Lie Cheng Oek. Para murid silat Beksi mencoba membangun komunikasi terutama dengan generasi tua, namun itu bukan perkara gampang.

"Orang Betawi kan adatnya, siapa elu mau ajak-ajak gue?" kata Basyir.

Basyir mengakui, orang mulai tertarik belajar silat Beksi karena ketokohan guru besar PPS Beksi H Hasbullah yang menampilkan silat Beksi dalam film 'Darah Muda' yang dibintangi Rhoma Irama. "Belum lagi adanya film Si Pitung, termasuk sinetronya di televisi, itu ada pengaruhnya juga," kata Basyir yang saat ini berprofesi sebagai pedagang di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat itu.

Sementara, Koordinator Pelatih PPS Beksi H Hasbullah, Endang (42) juga menambahkan, saat ini pihaknya tengah mengajukan sejumlah proposal kepada seluruh sekolah yang ada di DKI Jakarta. Isinya antara lain, mengajukan agar silat Beksi bisa mendapatkan tempat sebagai pelajaran tambahan.

"Beksi, atau silat lainnya sebenarnya bisa menjadi media dakwah, pembinaan mental. Bukan berarti belajar silat, itu siswa diajarkan berantem, tawuran. Justru sebaliknya, bagaimana mengendalikan emosi dan mental. Silat itu olahraga dan seni juga," terangnya.

BELABAR: SILAT CIKAK KALIMA BENGKULU



20110524-belabar-01Belabar adalah sebutan untuk tempat latihan silat di perguruan Silat Cikak Bengkulu.
Ada dua jenis belabar, yaitu belabar besar dan belabar kecil.
Belabar besar biasanya dipakai untuk latihan secara massal. Jika untuk latihan bertarung ambilan serangan dilakukan dari jauh.


20110524-belabar-02

Sedangkan belabar kecil dipakai untuk menguji seorang murid. Murid yang akan diuji dimasukkan kr dalam belabar kecil untuk untuk kemudian� dihadapkan dengan lawan. Lawan biasannya senior maupun guru. Dalam belabar kecil seorang murid yang diuji harus mampu menghadapi serangan lawan, baik serangan tangan kosong maupun senjata. Dalam belabar kecil yang luasnya cuma 1 meter X 1,5 meter ini seorang murid harus mampu menangkap dan mengunci lawan.

Prosesi dalam belabar kecil ini sering diistilahkan dengan mutus. Dari sinilah seorang murid ditentukan apakah dia layak mengajar/ membuka perguruan atau cuma menjadi assisten guru, atau bahkan mengulang latihan lagi. Ketetapan ini ditentukan oleh guru besar.

20110524-belabar-03

Yang menarik adalah, sebelum� masuk dalam belabar kecil, seorang murid harus melewati ritual.
Langiran namanya. Murid yang akan melaksanakan ujian diantar oleh seniornya menuju belabar kecil. Kemudian murid dihadapka ke ketua belabar. Oleh ketua belabar murid� dilangir, dengan cara membasuh tangan, kaki, dan muka dengan air yang sudah di kasih ramuan. Ramuan berupa jeruk nipis, daun sedingin, daun setawar. Semua bahan itu di taruh didalam mangkuk atau belantan putih.

Tujuan dari langiran adalah sebagai sarana memanjatkan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa agar diberikan kelancaran selama prosesi di dala belabar kecil.

Senin, 24 Oktober 2016

Silat Beksi - H. Hasbullah, Berbakti dengan Pukulan Besi



BEKSI (H. Hasbullah)

Berbakti dengan Pukulan Besi. Sebuah pukulan meluncur deras ke arah mukanya, tapi lelaki itu dengan gesit memutar bahunya. Menghindar. Lalu giliran kepalan tangannya yang mendarat di wajah lawan. Cepat. Keras bak besi.

Beksi emang ngandelin power dan kecepetan tangan, ujar H Basyir Bustomi, 38 tahun, dengan logat Betawi yang kental. Basyir adalah ketua perguruan silat Betawi, Beksi Haji Hasbullah.

Ditahbiskannya nama sang guru ada ceritanya. dikisahkan, guru besar asal bela diri ini justru seorang keturunan Tionghoa bernama Lie Ceng Oek. Ia tinggal di Kampung Dadap, Tangerang.

Lie memiliki seorang pegawai bernama Ki Marhali. Ketika itu, Marhali kerap melihat tuannya berlatih kungfu. Lantas ia mencoba gerakan-gerakan sang tuan. Lie, yang melihat Marhali memiliki bakat, lantas mengajarinya.

Suatu waktu Marhali bertemu dengan H. Ghozali dari Petukangan, Jakarta Selatan. Ghozali, yang mendengar Marhali seorang ahli ilmu bela diri, lantas menjajalnya. Marhali menang. Ghozali dan keponakannya, H. Hasbullah, akhirnya belajar ilmu bela diri baru ini.

Selain Hasbullah, Ghozali juga memiliki dua murid lainnya. Maka jadilah tiga perguruan Beksi yang ada sekarang dengan menasbihkan nama gurunya masing-masing: H. Hasbullah,
Engkong Nur
dan Engkong Simin.

Kami masih sering bertemu dan bersilaturahmi. Terakhir kami mengadakan festival dan Beksi H. Hasbullah keluar sebagai juara, kata Basyir, sambil menunjuk piala bergilir di ruang tamu rumahnya.

H. Hasbullah (1896-1989) mengembangkan ilmunya, terutama di Petukangan, Kebayoran Lama, Ulujami, dan Pondok Aren. Murid-muridnya lantas mengembangkannya hingga ke lima wilayah Jakarta.

Beksi sendiri sebenarnya berasal dari bahasa Cina, Bie Sie. Bie artinya pertahanan dan Sie artinya empat. Maknanya, pertahanan empat penjuru. Dalam lidah Betawi, akhirnya menjadi Beksi. Oleh Hasbullah, lantas diberi makna baru: Berbaktilah Engkau Kepada Sesama Insan.

Ciri khas Beksi adalah pukulan kepalan terbalik dengan sisi lengan dalam menghadap ke atas. Pukulan ini harus dilakukan dengan mengerahkan tenaga. Ketika menyerang, tulang buhul jari menjadi ujung pukulan. Jadi pukulan kite ada matanye, kata Basyir.

Pukulan kepalan terbalik ini dibarengi dengan goleng atau gerak bahu untuk meningkatkan kekuatan pukulan. Selain tentu menambah jangkauan tangan, ujarnya.

Selain itu, pukulan sikut menjadi ciri khas Beksi, lagi-lagi dengan landasan tenaga. Bertarung dengan jarak rapat, lawan dijamin babak belur. Siapa berani mencoba?

Penulis : Amal ihsan

Beksi, Sebuah Fenomena Warisan Budaya Tanah Betawi



SEJARAH SILAT BEKSI TRADISIONAL H. HASBULLAH
� Sebuah Fenomena Warisan Budaya Tanah Betawi �

Salah satu jenis silat betawi yg terus berkembang sampai saat ini adalah BEKSI, secara bahasa BEKSI berasal dari kata BEK yg berarti Pertahanan (belanda) dan SI yg berarti Empat (Cina), jadi BEKSI itu maksudnya adalah Pertahanan dari Empat penjuru, atau BEKSI juga adalah singkatan yang dapat di artikan � Berbaktilah Engkau Kepada Seruan Ilahi �, sebagai seruan aplikasi perbuatan baik yang wajib di jalani setelah seseorang belajar Beksi.



BEKSI pada awalnya dibawa oleh lelaki petani keturunan cina yg hidup dan tinggal di daerah Dadap Tanggerang sekitar tahun 1928, lelaki itu bernama LIE CHENG OK, yang juga mahir mengajarkan beladiri (Beksi) kepada anak-anaknya, Suatu waktu dia bersengketa dengan petani pribumi yang juga jago silat, soal saluran air sawah, duel pun tak terhindarkan, namun sebelumnya mereka membuat perjanjian �Siapa yang kalah harus berguru kepada si pemenang�, kemudian Lie Cheng Ok menang, tapi si petani merasa sudah terlalu renta tuk belajar lagi, maka disuruhlah anaknya yg bernama MARHALI tuk berguru Beksi kpd Lie Ceng Ok, Marhali pun belajar hingga mahir menggunakan ilmu silat yg khas menggunakan kepalan terbalik ini.

Suatu saat Marhali bertemu dengan H. GHOZALI (H.Zali) dari petukangan yg tengah ngamen seni rebana ke daerah Dadap, H. Zali lalu menjajal ilmu Marhali sampai kemudian ikut belajar hingga selesai 12 jurus dan membawanya pulang ke Petukangan (Kebayoran), disini ada H. HASBULLAH (Kong Has) yang walau sudah banyak memiliki ilmu silat, namun beliau masih haus juga tuk belajar Beksi dari H. Zali dan terus berusaha utk menguasainya, Kong Has tidak hanya belajar Beksi kepada H. Zali tapi setelah beliau selesai belajar pada H. Zali beliau meneruskan lagi dengan belajar kepada Marhali dan meneruskan lagi belajar dan menyelesaikan serta menyempurnakannya langsung pada Lie Cheng Ok, jadi beliau termasuk orang yg belajar Beksi secara komplit, baik secara urutan guru maupun jurus, Kemudian hasilnya setelah 60 tahun mendalami beliau berhasil menguasai 12 jurus di tambah beberapa pengembangan sendiri ( Jurus ciptaan beliau sendiri ) tanpa mengurangi atau menambah jurus asli.

Di tangan Kong Has perkembangan Beksi kian populer, Bahkan pada tahun 1975 beberapa kali Beksi menjadi finalis juara dalam event Lomba Tarung Bebas di Cileduk, Tanggerang dan Bandung, dan karena menang di bandung juga Alm. Kong Has diajak main film, beliau berperan sebagai Guru Silat dari Rhoma Irama dalam film �DARAH MUDA�, Kong H. Hasbullah bin H. Misin wafat pada kisaran usia 126 tahun ( tertulis di batu nisannya, Lahir 1863 � Wafat 14-11-1989 ), dan beliau di makamkan di sebuah TPU di daerah Petukangan jakarta selatan.

Kemudian pada saat ini estafet perkembangan BEKSI TRADISIONAL H. HASBULLAH di pegang oleh SABENUH MASIR ( Babeh Benuh ), yang mendapatkan pusaka amanat dari guru sekaligus mertuanya Alm. H. Hasbullah tuk melanjutkan, menjaga serta mengembangkan Beksi ini agar di bawa dengan tujuan dan cara yg baik, Babeh Benuh juga telah di nobatkan sebagai Guru Besar Beksi oleh tokoh silat indonesia yang juga Presiden Silat Dunia yaitu Bpk.H. EDI NALAPRAYA.

Babeh Benuh setelah selama lebih dari 40 tahun mendalami Beksi, telah juga berhasil mengembangkan beberapa jurus baru, bahkan beliau juga telah membukukan jurus-jurus Beksi dan membuatnya dalam bentuk VCD agar Beksi lebih mudah di pelajari oleh generasi selanjutnya.

Secara organisasi, Perguruan Silat Beksi Tradisional H. Hasbullah sekarang di pimpin oleh MUHALI YAHYA (Bang Ali), yang di bawah pimpinannya Beksi sudah tersebar di lebih dari 23 kolat di beberapa wilayah jakarta, beliau juga sangat aktif membawa Beksi menjalin silaturrahmi dengan perguruan- perguruan silat lain, baik dalam ajang FORUM PECINTA & PELESTARI SILAT TRADISIONAL INDONESIA maupun lewat media internet, yaitu via jejaring sosial Facebook dan Youtube dengan nama akun, beksi_tradisional@yahoo.com �.

Dan dalam perjalanannya saat ini, Beksi Tradisional H. Hasbullah juga mulai memperkenalkan diri ke generasi muda lewat kegiatan Ekstra Kurikuler di sekolah dan juga lewat media layar kaca, baru-baru ini Beksi Tradisional H. Hasbullah diberikan kesempatan tuk terlibat secara langsung baik dalam ide cerita, pemain serta pengatur laga dalam FTV � SILAT BOY 1 � 4� di TransTV.

Kami juga terus berusaha menjaga keTradisional�an Beksi kami ini sebagai sebuah warisan budaya, dalam bentuk diantaranya, Selain terus melestarikan budaya Palang Pintu dengan iringan pembacaan sholawat atas Nabi Muhammad SAW saat akan berlangsungnya sebuah acara pernikahan atau kedatangan tamu kehormatan di kalangan orang betawi, kami juga terus menerus menanamkan dan mengajarkan filosofi bahwa silat itu haruslah �nge�Deres( belajar ) dan nge�Jurus ( latihan ) , Golok (Silat) haruslah berSarung( Ngaji), norma2 agama juga selalu di taushiyahkan pada saat sebelum dan sesudah latihan, serta kegiatan Selametan dan santunan anak yatim yang di selenggarakan secara rutin setiap 6 bulan sekali dan juga pada tiap prosesi urut dan pemandian saat kenaikan jurus sebagai ungkapan rasa syukur atas semua anugrah dari Ilahi kepada kami.

Dengan metode pendekatan secara personal dan kekeluargaan, para guru kami mengajarkan dan menerapkan etika dan adab dalam perguruan maupun dalam kehidupan keluarga dan bermasyarakat secara umum, hingga diharapkan nantinya para Beksier dapat menjadi figur yang tangguh secara fisik serta mantap secara moral dan spiritual, juga bisa bermanfaat dan membawa kedamaian tuk dirinya sendiri dan masyarakat sekitarnya dimanapun dia berada.


BEKSI : MAEN PUKULAN BETAWI



(Disarikan dari buku karangan Yahya Saputra dan Irwan Sjafi�ie �Beksi, Maen Pukulan Khas Betawi�, diterbitkan oleh penerbit Gunung Jati,Jakarta 2002)



BEKSI : MAEN PUKULAN BETAWI


1. Asal Usul Beksi
Seni budaya beladiri yang oleh orang betawi disebut maen pukulan Beksi lahir dari kemampuan orang terpilih yang tiada hentinya melatih kepekaan inderawi, mengolah kelebihan atau kelenturan anatomi tubuh dan belajar sebanyak mungkin dari pertanda alam seperti riak sungai, hembusan angin, gerak dan laku macan, monyet, kelabang, belalang,dst (hal 19). Menurut buku ini, asal usul beksi ada beberapa versi.

1. Versi pertama. Versi ini dikisahkan oleh seorang sesepuh Beksi: H Atang Lenong (usia 84 tahun �ketika wawancara tahun 2001). Beksi mulai muncul ke permukaan dalam kurun pertengahan abad 19 sekitar tahun 1850-1860-an. Pada masa ini ada seorang tuan tanah di daerah tangerang bernama Gow Hok Boen yang tinggal di kampung kosambi. Tuan tanah ini kebetulan gemar akan beladiri dan menguasai ilmu kuntao atau kungfu. Orang local tangerang mengenal Gow Hok Boen sebagai Tuan tanah kedaung. Sebagai tuan tanah, Tuan Gow punya sekian banyak centeng untuk membantunya. Kepala centengnya bernama Ki Kenong yang memiliki ilmu beladiri yang tinggi dan dicampur dengan ulmu sihir yang dahsyat. Tertarik dengan beladiri, Tuan tanah ini mengadakan sayembara untuk mencari jagoan yang lebih hebat dari kepala centengnya dan mendapat kedudukan menggantikan jabatan sebagai kepala centeng. Maka setiap malam minggu diadakan pibu alias duel dengan banyak jagoan yang mau mengadu ilmu dan keberuntungan dengan melawan Ki Kenong. Namun dari sekian banyak penantangnya belum ada satunpun yang berhasil mengalahkan Ki Kenong. Tersebutlah ada seorang tukang singkong rebus (disebut ancemon atau singkong urap) bernama Pak Jidan yang setiap malam menjual singkong di tengah keramaian pertunjukan duel ini. Pak Jidan mengambil singkong dari hutan dekat tempat tinggalnya dan singkong tersebut tidak habis-habis dan seperti ada yang memelihara, namun karena di hutan Pak Jidan tidak ambil pusing. Suatu sore, ketika pak Jidan beristirahat di rumahnya dia didatangi oleh soerang pemuda yang protes karena singkong yang dia tanam dan pelihara di hutan diambil oleh pak jidan. Karena tidak tahu pak Jidan pun minta maaf. Melihat keluguan dan kekjujuran pak Jidan serta hidupnya yang miskin, orang misterius itu menawarkan untuk membantu pak Jidan dengan memberi pelajaran maen pukulan, tidak peduli waktu itu pak jidan sudah berumur sekitar 60-an. Singkat kata, Pak jidan menerima pelajaran maen pukulan sebanyak 8 jurus dan tiga atau empat lagi belum diajarkan, yang akan diajarkan oleh orang lain. Sebelum pergi orang misterius itu minta kemenyan dan berpesan bahwa dia bisa dipanggil jika pak jidan memerlukan dengan membakar kemenyan dan membaca mantra. Ketika orang itu epergi, Pak Jidan melihat ekor macan tersembul dari balik jubahnya danjuga tengkuknya terlihat loreng-loreng seperti layaknya kulit harimau. Pak jidan pun terkejut dan maklum bahwa dia dikunjungi dan diajari maen pukulan oleh Ki Belang atau Siluman Macan Putih. Malam selanjutnya, pak Jidan berjualan seperti bias adi tengah pentas duel. Disebabkan karena jengkel dengan jagoan-jagoan yang tidak bayar sewaktu makan singkong daganganya, PaK Jidan menedang keranjang dagangannya dan melayang masuk ke tengah gelanggang. Tuan tanah Gow pun marah dan menyuruh orang menyeret Pak Jidan e tengah arena dan memaksanya bertarung dengan Ki Kenong. Di luar dugaan, Pak Jidan mampu mengalahkan di Kenong dengan ilmu yang diajarkan oleh Ki Belang itu. Menurut legenda, dengan jurus baroneng Pak Jidan melumpuhkan ilmu Ki Kenong yang terkenal dengan �pukulan tangan berapi�. Ketika ditanya oleh Tuan Gow tentang ilmu yang dipakai oleh Pak Jidan, dia tidak tahu apa namanya. Lalu tuan Gow Hok Boen menyebutnya Beksi artinya pertahanan empat mata angin. Sejak itu terkenallah Pak Jidan�yang diangkat sebagai kepala pengawal keamanan-- dengan ilmu beksinya.

2. Versi kedua diceritakan oleh H Mahtun (lahir di petukangan 1945). Alkisah di kampung bagian timur tangerang hiduplah seorang laki-laki yang mahir beladiri bernama Raja Bulu berusia sekitar 63 tahun yang hidup berdua dengan anaknya yang gagu (bisu), istrinya sudah meninggal dunia. Kehidupan Raja Bulu berkecukupan dengan pekerjaan mengajar silat dari kampong ke kampong. Si anak sendiri tidak mau belajar silat pada bapaknya. Suatu ketika Raja bulu bertanya pada anaknya mengapa dia tidak mau belajar maen pukulan. Dan jawabannya sungguh mengejutkan: karena di anak belum tentu kalah dalam sambut-pukul dengan Raja Bulu. Si ayah lalu mengetes dan terjadilah pertarungan dan menjadi keteter atau kewalahan menghadapi ilmu anak bisu. Akhirnya si anak mengaku bawah selama ini dia belajar maen pukulan di hutan dan dilatih oleh siluman mcan putih. Karena belum ada nama, Raja bulu menyebut ilmu yang dikuasai oleh anaknya : Beksi: sebab seperti segi empat dengan empat arah . Sejak itu Raja Bulu pun belajar pada anaknya dan ilmu ini pun diajarkan ke murid-muridnya.demikian beksi pun berkembang.


Dalam perkembangan selanjutnya para pendekar Beksi memberi banyak makna pada ilmu maenpukulan ini. Ada yang menartikannya BEKSI= Bserbaktilah Engkau pada Sesama Insan ....
Asal usul di atas merupakan folklore, ceira rakyat berisi legenda yang didalamnya terdapat kenyataan dan juga legenda.


2. Tokoh-tokoh Beksi
Hampir semua aliran beksi mengakui bahwa yang mengajarkan pertama-tama ilmu beksi adalah Ki Kidan ( Ki Iban) dan atau Raja Bulu.
Lebih lanjut inilah para tokohnya berdasarkan generasi:



  • Generasi I : Raja Bulu dan Ki Jidan (Ki Iban)


  • Generasi II : Ki Lie Cengk Ok, Ki Tempang, Ki Muna, Ki Dalang Ji�ah


  • Generasi III :Kong Marhali, Nyi Mas Melati, Kong Godjalih


  • Generasi IV : Kong H Hsabullah, Kong HM Nur, Kong Simin, Minggu, Salam Kalut, H Mansyur, Muhammad Bopeng


  • Generasi V : Tonganih, Dimroh, HM Yusuf, HM Nuh, Sidik, H Namat, H Syahro, Mandor Simin, Umar


  • Generasi VI :H Machtum, Tong tirih, H Dani, Udin Sakor, Soleh, Tholib/syaiful, dll


  • Generasi VII : Abdul Aziz, Abdul Malik, HA Yani, Mftah, Nasrullah, dll

Ki Iban/Raja Bulu memiliki murid yaitu : Ki Lie Cengk Ok, Ki Tempang, Ki Muna, Ki Dalang Ji�ah
Yang belajar pada atau menjadi murid dari Ki Ceng Ok yaitu : Kong Godjalih, Kong Marhali. Sedangkan Nyimas Melati berguru pada Ki Dalang Ji�ah.
Para murud dari Ki Ceng Ok terus menerus menyebarkan Beksi hingg ke Jakarta dan tempat lain. Mereka dikenal denga sebutan Beksi empat serangkai yakni : Kong Jali, Kong Has, Kong Nur dan Kong Simin.


3. Jurus-jurus dan belajar Beksi
Jurus-jurus Beksi terkenal dengan keras, cepat, ringkas danemngarah pada tempat-temapt yang mematikan pada tubuh. Sebelum mempelajari jurus, murid biasanya mengikuti syarat penerimaan siswa yang disebut rosulan atau ngerosul; berupa tawasul disertai zikir tahlil memanjatkan doa Pada Allah agar dalam mempelajari beksi diberi keridlaan, kekuatan, ketabahan dan kesabaran.
Dalam permaian jurus, ada banyak melakukan gedi (hentakan kaki ke lantai) dan gerakan tangan yang sangat cepat. Oleh sebab itu dianjrukan untuk melotot dan tidak berkedip dalam melihat gerak lawan.
Cara belajar �mengajar beksi :


1. Diperkenalkan jurus. Murid menirukan disebut juga : asal tau jalan
2. Tuntun. Latihan gerak bela yang dituntun oleh guru dengan teknik dan aplikasi jurus
3. Sambut. Murid tanding dengansesama murid atau guru dengan menggunakan jurus.


Secara fundamental ada 12 jurus dalam beksi dibeberapa tempat disebut dengan nama yang berbeda.
Berikut nama-nama jurus beksi berdasarkan wilayahnya:



DAERAH I


1. Jurus Beksi
2. Jurus Gedig
3. Jurus Tancep
4. Jurus Cauk
5. Jurus Broneng
6. Jurus Bandut
7. Jurus Beksi Satu
8. Jurus Silem
9. Jurus lokbe
10. Jurus Bolang Baling
11. Jurus Janda Berias
12. Jurus Panca Lima


DAERAH I I
1. Jurus Beksi
2. Jurus Gedig
3. Jurus Tancep
4. Jurus Ganden
5. Jurus Bandut/bandul
6. Jurus Broneng
7. Jurus Tingkes
8. Jurus Rusia Pecah Tiga
9. Jurus Bolang Baling
10. Jurus Gebal
11. Jurus Kebut
12. Jurus Petir
DAERAH III


1. Jurus Beksi
2. .Jurus Gedig
3. .Jurus Tancep
4. .Jurus Ganden
5. .Jurus Bandut/bandul
6. .Jurus Broneng
7. .Jurus Tingkes
8. .Jurus timpug
9. .Jurus Kebut
10. .Jurus Tiga
11. .Jurus Galang Tiga
12. .Jurus Galang Lima


DAERAH IV


1. Jurus Beksi
2. .Jurus Gedig
3. .Jurus Tancep
4. .Jurus Ganden
5. .Jurus Kebut
6. .Jurus Broneng
7. .Jurus Beksi Satu
8. .Jurus Ganden Susun
9. .Jurus Tingkes
10. .Jurus Silem
11. Jurus Timpug
12. Jurus Tunjang/Petir

Pelajaran senjata juga diberikan yaitu ilmu golok yang terdiri dari dua jurus yaitu jurus golok satu dan dua. Jurus golok satu dipecah lagi jadi jurus satu hingga jurus tujuh. Sedangkan jurus golok dua dipecah menjadi 2 jurus yaitu jurus satu dan dua.
Kombinasi jurus baik tangan kosong maupun golok sangat sanagt penting dalam beksi sehingga bisa bercipata berbagai jurus lagi misalnya : Jurus bandut tepuok, jurus bandut galang, dll.
� Lu jual gue beli�
�Lu jangan amen pukul aje, maen hakin sendiri. Pakelah ilmu padi, mangkin berisi mangkin merunduk�
(Jakarta 15 Juni, 2005, IS)


Betawie, 13 Oktober 2010.
Di tulis ma' Bang Ozan.
Narasumber : Babeh Sabenuh Masir, Bang Muhali Yahya.


dikutip dari:
Facebook Beksi Tradisional Haji Hasbullah
http://www.facebook.com/note.php?note_id=440197832778

referensi lain:
beksi-tradisional.blogspot.com

Silat Banten Aliran Bandrong



Bandrong, Si Ikan Sakti


Pernah lihat Ikan Sakti beraksi membanting manusia? Ada di Padepokan Pencak Silat, taman Mini Indonesia Indah, tanggal 21 Juni 2008 di Hall terbuka. Tentu saja Ikan Sakti alias bandrong adalah nama aliran pencak silat yang dimainkan oleh para pendekar yang datang langsung dari pedepokan Karang Tunggal, Desa Bojonegara, Serang, Banten. Tidak tanggung-tanggung, rombongan pesilat bandrong ini berjumlah tidak kurang dari 30 orang, satu bis penuh. Mereka datang memang atas undangan Forum Pecinta dan Pelestari Pencak Silat Tradisional (Komunitas Sahabat Silat) untuk mengisi acara rutin �Diskusi Sahabt Silat� untuk mengangkat dan mengenalkan kembali pencak silat pada kaum muda Indonesia.



Yang datang tidak hanya para praktisi silat bandrong saja, tapi lengkap dengan musik pengiringya yang disebut petingtung. Sebuah musik khas Banten yang unik dengan terompet dan kendang besar dan kecil, gong beberapa buah dan sebuah gong unik yang suaranya didapat dari gema yang dipantulkan ke dalam semacam tong kecil yang disemen namun berongga ditengahnya. Itulah Petingtung.


Tentu sja hal ini ditanggapi dengan semangat oleh komunitas Sahabat Silat. Tidak kurang dari 70 orang mendatangi diskusi terbuka ini. Sebagian dari mereka bahkan membawa keluarganya berikut anak-anaknya, para istri atau teman-teman lainnya..


Acara diskusi dibuka oleh MC yaitu Kang Kiki dan dilanjutkan oleh moderator yang bersuara meyejukkan jiwa yaitu Bang Rasyid alias Ochid. Ketua dan sesepuh rombongan Bandrong kemudian memperkenalkan satu demi satu per anggota rombongannya; yang sangat bervariasi mulai dari anak-anak hingga kakek gaek berusia di atas 70 tahun (tapi jangan tanya kemampuan silatnya!).


Pemaparan sejarah singkat dilakukan oleh Team Bandrong (Bpk Haji Satibi dan Bpk Astare) mengenai aliran unik ini. Bandrong ternyata adalah nama ikan yang biasa terdapat di daerah Banten. Dengan karakter yang khas, gerak pencak ini banyak diilhami �minimal dalam penamaannya�oleh si ikan yang memiliki gigi bergerigi dan panjang serta bisa terbang dari dalam laut ke udara.


Seperti dituiskan oleh Nasrudin dalam makalahnya �Sejarah Singkat Pencak Silat Bandrong�� :


Bandrong diambil dari nama jenis ikan terbang yang sangat gesit dan dapat melompat tinggi, jauh, atau dapat menyerang kerang dengan moncongnya yang sangat panjang dan bergerigi tajam sekali, sehingga ia merupakan ikan yang sangat berbahaya, sekali serang dapat membinasakan musuhnya. Ki Patih Jaga laut atau patih yang selalu melanglang buana menjaga laut, sangat menyukai dan sering memperhatikan ikan tangkas gesit ini dan juga jangkauan lompatan jarak jauhnya dan hal itu benar � benar mempesonanya. Sehingga akhirnya beliau mengambil nama ikan itu untuk memberi nama ilmu ketangkasan beladiri yang dimilikinya dengan nama � PENCAK SILAT BANDRONG� karena tangkas dan gesit serta berbahaya seperti ikan Bandrong


Asal muasalnya, konon dari seorang pendekar pada jaman Sultan Maulana Hasanudin yang menjadi Sultan di Banten ( 1552-1570), yaitu Ki Sarap. Singkat kata, setalah Ki Sarap mengalahkan salah seorang senopati banten yaitu Ki Semar; dengan berbagai kondisi dan pertimbangan, akhirnya Sultan mengangkat Ki Sarap Sebagai senopati dengan Gelar Senopati Nurbaya (Ki Urbaya). Dari ilmu Ki Sarap-lah bandrong bermula. Dalam pelaksanaan tugas sebagai Senopati, Ki Sarap banyak berhadapan dengan para perompak yang beroperasi di sekitar teluk/laut Banten. Karena banyak tugasnya menjaga laut Ki Sarap juga dijuluki : Ki Patih Jaga Laut. Disinilah ilmunya semakin berkembang dan akhirnya diwariskan secara turun termurun di Banten, hingga saat ini.




Menurut Nasrudin (masih dari makalah yang sama) yang juga adalah salah satu Pengurus Perguruan Silat Padepokan Karang Tunggal, Koordinator Bidang Penelitian dan Pengembangan; JURUS DASAR PADA SILAT BANDRONG adalah sebagai berikut :





  1. JURUS PILIS

  2. JURUS CATROK

  3. JURUS TOTOG

  4. JURUS SELIWA

  5. JURUS GEBRAG

  6. JURUS KURUNG


Sedangkan Gerakan dasar langkah silat Bandrong Ada berjumlah 27 buah .


Bandrong dan Petingtung

Tidak lengkap rasanya jika hanya sekedar mendapat keterangan tanpa praktek nyata. Maka acara pun dilanjutkan dengan pertunjukkan jurus. Mulai dari pesilat cilik tampil dengan yakin dan indahnya namun tangkas dan bertenaga menampilkan jurus-jurus bandrong. Jurus bandrong terlihat banyak memiliki karekter tangkapan dengan jangkauan langkah panjang dan serangan tangan yang juga panjang-panjang. Bantingan dengan menangkap kaki lawan, kemudian dilemparkan adalah permainan yang disukai. Banyak sekali aplikasi bantingan yang dimiliki bandrong. Sehingga muncul pameo: �mau minta dibanding telungkup atau terlentang�. Sekilas terlihat persamaan dengan maen pukulan dari betawi yaitu cingkrik.


Kekekhasan lainnya, bandrong banyak lompatan-lompatan dengan jangkauan tangan (pukulan) yang panjang dan langkah kaki lebar-lebar. Sangat kontras dengan aliran silat sunda umumnya yang tangan/lengannya umumnya senantiasa menempel di ketiak atau tidak mau jauh dari badan. Bandrong sangat percaya diri untuk membuka tanganya hingga membentuk sudu 90 derajat dengan tubuhnya. Serangan tanganpun tidak hanya kepalan, tapi juga tusukan dan totokan. Tidak ada tendangan tinggi; satu dua kali terlihat para praktisi mengangkat satu kakinya seprti posisi burung bangau sedang angkat kaki, namun tetap tidak ada tendangan yang spektakuler.


Pada kesempatan ini juga ditampilkan �sambutan� atau permainan jual beli yang merupakan aplikasi dari jurus yang dimainkan oleh dua orang baik tangan kosong maupun menggunakan golok. Terlihat didalamnya apa yang dinamankan : ngebandrong; menutup serangan; colok, gedog dan gendring yang demikian unik dan khas bandrong dari Banten.



Dan tetap saja musiknya yaitu petingtung menjadika semuanya semarak. Sehingga seorang sesepuh dari Cikalong meminta untuk diajari ibingan yang demikian memukau tersebut. Maka peserta pun ramai-ramai diajak mengibing ala bandrong. Soal musik ini Pak Eddy Nalapraya, sesepuh pencak silat, berkomentar �lestarikan pula alat musik ini, jangan cuman silatnya�, ujarnya � liat suling panjang ini, sekarang siapa yang bisa memainkannya?�. Benar saja, berbagai alat musik tradisonal petingtung tergolong semakin sedikit orang yang bisa memainkannya. Pelestarian pencak silat, bandrong misalnya seyogyanya juga meliputi budaya lainnya semisal alat musiknya, pakainnya, serta tradisi-tradisi lainnya�


Demikianlah dalam suasana kekeluargaan, acara diskusi ditutup menjelang sore di hari sabtu yang agak panas itu� Selalu terbayang,: seekor ikan terbang, Ikan bandrong, meluncur gagah diangkasa, setelah keluar dari laut nan biru di lautan sekitar Banten. Ikan yang mengilhami para pendekar dahulu akan keperkasaan alam, kekuatan dahsyat Sang Pencipta Alam Semesta.


Kita belajar dari Alam, untuk mengenal Sang Pencipta Alam melalui budaya warisan leluhur pencak silat tradisional

Oleh : Ian S yamsudin ( silatindonesia.com )

GERAK SAKA Bergerak Sesukanya dengan Rasa



Cobalah untuk memukulnya. Dijamin tangan lelaki berusia 58 tahun itu akan berkelebat cepat. Tangan kiri menangkis serangan berbarengan dengan tangan kanan menerjang muka lawan.

Cash and carry. Kalau diserang, langsung kite bayar kontan, ujar Muhammad Sani sembari tertawa.

Itulah karakter khas Gerak Saka. Aliran silat ini berasal dari Jawa Barat. Ini semula memang bela diri internal keluarga menak Sunda keturunan Prabu Siliwangi, kata Sani.

Raden H Muhammad Sjafe'i (1931-2001) adalah orang yang membawa bela diri tradisional ini ke Jakarta.

Bang Pe'i, demikian Muhammad Sjafe'i biasa disapa, belajar dari salah seorang kerabat istrinya, Raden Widarma. Meski keturunan bangsawan Pandeglang, Pe'i semula juga tak diperkenankan untuk mempelajarinya.

Ki Sura (nama aslinya tidak diketahui), salah seorang paman istri Bang Pe'i, akhirnya memberi izin Pe'i muda untuk memperdalam ilmu silat ini.

Pe'i juga diizinkan untuk mengajarkan ilmu ini kepada orang di luar lingkungan keluarga, asalkan mengubah nama alirannya. Aslinya bernama Gerak Gulung Pribumi, kata Sani.

Ketika mengembangkannya di Petojo, Jakarta Selatan, Pe'i mengubah namanya menjadi Gerak Saka. Singkatan dari Sakadaekna (bahasa Sunda) yang artinya sesukanya, kata Sani.

Maksudnya, ketika bertarung, gerakan aliran silat ini memiliki fleksibilitas bagaimana melumpuhkan lawan. Kena matanya bisa, mau serang kemaluan boleh, mau ambil ulu hati juga nggak apa-apa, ujarnya.

Selain Sani, dua ahli waris lainnya adalah H Abdullah di Condet dan H Nunung di Rawa Belong, yang lalu membentuk Gerak Sanalika.

Kesederhanaan dan fleksibilitas menjadi ciri khasnya. Aliran ini tidak memiliki kembang dan hanya memiliki lima jurus. Jurus-jurus ini sebenarnya hanya merupakan gerakan-gerakan dasar yang dalam aplikasinya berkembang sesuai dengan situasi pertarungan dan kondisi lawan.

Ilmu silat ini memang khusus untuk bertarung. Ketika menyerang, tangan digunakan hanya untuk menjangkau dan memukul daerah berbahaya lawan, seperti mata, leher, ulu hati, dan kemaluan.

Dalam ilmu ini kita memang diajarkan harus melumpuhkan lawan secepat mungkin, ucap Sani.

Tak seperti aliran silat lain yang lebih menekankan pada kecepatan dan kekuatan, ilmu bela diri ini bertumpu pada rasa, yakni sensitivitas untuk membaca sirkulasi pergerakan dan tenaga lawan lewat sentuhan tangan. Makanya ilmu ini juga disebut Gerak Rasa.

Rasa penting dalam perkelahian karena tangan yang terlatih akan memiliki kepekaan dan secara otomatis mengantisipasi gerakan lawan tanpa melihat.

Ketika bertarung, wajah kita justru berpaling dari musuh dan hanya melihat lawan lewat sudut mata, kata Sani. Unik, bukan?

Penulis :
AMAL IHSAN
Koran Tempo
Edisi : Sabtu, 24 Februari 2007

Pengenalan Golok Sunda sebuah budaya yang perlu diperhatikan



Anatomi golok sunda Golok atau bedog sunda sangat beragam, karena tiap daerah di Jawa Barat memiliki variasi bentuk tersendiri yang disesuaikan dengan kebutuhan, fungsi, dan karakteristik masing-masing masyarakat penggunanya. Golok (bedog) sunda umumnya memiliki bilah dengan panjang lebih dari siku tangan, namun ada pula bilah golok yang berukuran pendek kalau pendek disebut Golok 'bedog', golok sunda yang memiliki panjang bilah lebih dari siku tangan disebut kolewang atau gobang. Menurut fungsi golok untuk keperluan perkakas disebut Pakakas dan yang berupa senjata disebut Pakarang.
Bagian utama dari sebuah golok adalah bilah kalau di sunda disebut Wilah, dan penamaan golok umumnya berdasarkan pada bentuk bilahnya yang terbuat dari campuran besi dan baja, malah jaman dahulu ada yang mencampur pasir, perak,perunggu dan emas (kemungkinan malah dicampur dengan yang lain-lain), dengan berbagai macam-macam pula teknik tempanya.

Bilah golok disebut wilah:

-Bilah buntut disebut paksi.
-Ekor pada pangkal bilah yang dimasukkan pada pegangan golok disebut peurah.
-perut bilah disebut beuteung.
-Bagian yang tumpul dinamakan punggung disebut Tonggong.
-Ujung bilah golok disebut Congo
-Punggung bilah golok sunda ada yang lurus ada pula yang berpunggung melengkung atau dalam istilah Bentik.
-Ada bilah golok yang melengkung disebut Curug

Gagang Golok disebut Perah :

- Gagang melengkung dan memiliki ujungnya berbentuk bulat disebut eluk.
- Gagang atau perah yang agak miring dan melengkung berfungsi agar golok dapat digenggam dengan kuat dan nyaman.
- Ujung gagang atau perah yang ada 'cantelan'nya berfungsi agar jari kelingking terkait, menahan genggaman tangan agar tidak lepas tergelincir.
- Perah kebanyakan dibuat dari bahan kayu dan tanduk kerbau, selain itu juga digunakan tanduk rusa dan tulang hewan sesuai dengan keinginan.
-Biasanya bila bentuk bilah melengkung maka bentuk perah pun dibentuk melengkung

Sarung golok disebut sarangka :
- Fungsi utama Sarangka adalah agar golok dapat mudah dan aman untuk dibawa.
-Penyelipan sarangka dipinggang disebut 'disoren'
- Sama seperti perah, sarangka juga umumnya terbuat dari kayu. Adapula ditemukan sarangka yang terbuat dari kulit hewan, tetapi ini sangat jarang karena terhitung tidak aman dan cepat rusak, juga sulit mencari kulit binatangnya.
- Gelang-gelang pengikat sarangka yang terbuat dari tanduk kerbau atau lembaran logam yang disebut Barlen
- Pengikat kain golok disebut Simpay.
- Tempat gantungan golok ada di bagian luar sarangka disebut simeut meuting.

Dan bagi para pemain golok sunda dalam silat tua biasanya mengerti alur darah pada golok yang disebut dengan Runcang atau Jegong.

golok sunda

Tarung Bebas, Tradisi NU Sejak Penjajahan Belanda



PROBOLINGO- Tarung bebas sudah menjadi tradisi warga Nahdlatul Ulama di Probolinggo, Jawa Timur. Layaknya tinju bebas, peserta saling baku hantam tanpa pelindung, namun tidak ada dendam.

Peserta saling baku hantam di atas arena. Tradisi ini merupakan warisan sejak masa penjajahan Belanda.

Suasana tarung bebas di Pondok Pesantren Zainul Hasan Genggong di Kecamatan Pajarakan, Kabupaten Probolinggo, Sabtu kemarin, sekilas terlihat seperti pertandingan tinju.
pencak dor tarung bebas
Namun bila diamati ada perbedaan dalam pertandingan ini. Semua peserta tampil tanpa dilengkapi dengan pelindung tubuh atau pengaman lain. Mayoritas peserta adalah para santri dari 27 pondok pesantren di Jawa Timur.

Sesuai dengan namanya tarung bebas, dua peserta diujinyalinya untuk bertarung secara bebas.

Abidin, salah satu peserta tarung bebas, mengaku sudah 6 tahun mengikuti kegiatan ini. Peserta, kata dia, dibebaskan untuk memukul, menendang, mengunci, bahkan membanting lawan.

Hanya saja setiap peserta yang bertarung dibatasi selama 5 sampai 10 menit dengan pengawasan ketat oleh wasit.

Selain memastikan pertandingan berjalan adil, wasit juga bertugas mengontrol emosi peserta sehingga tidak berlebihan apalagi sampai muncul dendam.

Tidak ada yang kalah dan menang dalam pertandingan ini karena dihelat bertujuan untuk melestarikan warisan leluhur dan media pemersatu warga Nahdliyin.

Tarung bebas, pada zaman kemerdekaan digunakan sebagai alat membela diri dan mengusir penjajah dari Tanah Air. Tarung bebas juga identik dengan Perguruan Pagar Nusa.

Tradisi Pencak Dor



pencak dorNGANJUK | Sejumlah pemuda menderita luka-luka saat mengikuti tradisi pencak dor atau tarung bebas di Kota Nganjuk, Minggu siang. Dalam tradisi tersebut, ratusan pesilat muda antar berbagai perguruan silat saling bertarung secara bebas tanpa pendaftaran tanpa alat pengaman dan tanpa aturan yang macam-macam.



Pokoknya siapa yang berani langsung diperbolehkan masuk ke tengah arena pertandingan. Uniknya meski tak ada hadiah yang diberikan pada pemenang, namun setiap tradisi ini di gelar pesertanya mencapai ratusan orang. Acara ini di gelar untuk merayakan datangnya tahun baru Islam.

Pencak dor atau tarung bebas yang digelar di Kelurahan Mangundikaran Kecamatan Kota Nganjuk ini diikuti oleh remaja dan pemuda dari berbagai perguruan silat di Kabupaten Nganjuk.

Sesuai dengan namanya �tarung bebas�, dalam pertandingan ini para peserta bertarung secara bebas. Meski peserta pertarungan bebas ini adalah para pendekar dari berbagai perguruan silat, namun dalam pertarungan langsung dan bebas ternyata tak tampak satupun jurus-jurus yang bisa dikeluarkan oleh para petarung.

Begitu wasit membuka pertandingan, para pendekar ini langsung saling serang sekenanya. Karena tak ada alat pengaman, tak sedikit dari para petarung yang menderita luka-luka. Meski demikian, para petarung ini mengaku tidak ciut nyali dan justru merasa lebih berani.

KH. Amir Marwah Dahlan, tokoh dan sesepuh perguruan silat Pagar Nusa di Nganjuk mengaku sengaja menggelar acara pencak dor atau tarung bebas untuk merayakan datangnya tahun baru Islam atau datangnya tanggal 1 Suro.

Sebab pada tanggal 1 Suro biasanya para murid perguruan silat menjalani prosesi khataman atas pelatihan silat yang telah mereka ikuti selama satu tahun sebelumnya. Sehingga pasca khataman, kemampuan yang diperoleh pesilat dapat langsung dibuktikan.

Meski dalam tarung bebas ini para peserta bertarung habis-habisan, namun tak ada hadiah apapun buat para peserta. Pasca bertarung meski mengalami luka, bersama lawannya para peserta tidak boleh saling mendendam.

Pencak Silat Nahdlatul Ulama Pagar Nusa



Jujur, ihlas, sportif, berani mengabdi, teguh pendirian, dan elegan. Pangkat-pangkat inilah yang layak disandang para pendekar dari Ikatan Pencak Silat Nahdlatul Ulama (IPS-NU) Pagar Nusa.

Lagi pula para pendekar dunia persialatan ini tak terlalu butuh pangkat-pangkat basah di pemerintahan yang akhir-akhir ini ramai diperebutkan orang banyak. Para pendekarlah sebenarnya yang berada di barisan terdepan perjuangan mendapatkan ?kedaulatan? negeri ini sekalipun belakangan nama mereka tidak banyak mendapatkan tempat dalam catatan sejarah yang didominasi oleh para diplomat dan politisi.

Di tengah-tengah kerumunan ratusan pendekar berbaju, celana, dan kopyah atau julbab hitam kelam itu penulis menemukan semangat menggebu-gebu untuk memperbaiki kondisi Nusantara yang telah dikacaukan oleh ?para pendekar berwatak jahat.? IPS-NU Pagar Nusa mengadakan Kongres di Pesantren Ciganjur Jakarta asuhan KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Jum?at-Ahad (23-25 September 2005) lalu.

Menjelang pelaksanaan kongres saya sempat berbincang dengan Ketua Umum IPS-NU Pagar Nusa yang selanjutnya terpilih kembali. Dialah Prof. DR. KH. Suharbillah. Perbincagan berlangsung akrab dan sama sekali tanpa rasa takut meski saat itu penulis berhadapan dengan seorang pimpinan pendekar yang brewokan dan bertubuh besar kekar. Salah satu ucapan Kiai Suharbillah yang penting begini:

?Saya sempat mendapatkan telepon dari oknum yang mengatasnamakan pengurus wilayah Pagar Nusa. Dia mengaku menawarkan wilayahnya untuk memilih saya sebagai Ketua Umum Pagar Nusa Periode 2005-2010. Namun dia bertanya kompensasi apa yang hendak saya berikan kepada wilayah itu. Saya balik bertanya, apakah Pagar Nusa sekarang sudah seperti itu?!?

Ya. Memang dalam banyak hal paguyuban (jamaah) yang empunya kejelasan kekuatan ?fisik? dan massa menjadi bahan-bakar utama untuk menjadi alat politik, dan dengan begitu para pentolannya tergolong orang yang berpunya. Namun Pagar Nusa tidak termasuk dalam bahagian itu.

?Saya sempat menawarkan kepada para pengurus Pagar Nusa, apakah kongres ini model Ansor atau model NU. Kalau model Ansor para anggotanya di kasih sangu. Namun kalau model NU malah dimintai urunan. Ternyata warga Pagar Nusa Lebih memilih model NU,? kata Kiai Suharbillah. Dua idealtipe barusan seharusnya tidak ada, namun kadang menjadi problem ideologis yang pertama-tama harus diperbincangkan secara intern, diselesaikan sampai tuntas.

Para pengurus cabang IPS-NU Pagar Nusa berangkat ke Jakarta dari daerahnya masing-masing, Jawa dan luar Jawa, dengan biaya sendiri. Sedari awal Kiai Suharbillah berpesan, ?Kami pengurus pusat tidak menyediakan tiket. Tiketnya nanti di surga dan insyallah lebih mahal harganya.? Itupun para pengurus Pagar Nusa yang hadir dimintai iuran 100 sampai 300 ribu-an percabang; jumlah yang lumayan besar untuk kebanyakan warga Pagar Nusa.

Budaya Bangsa

Jika Jam?iyyah Nahdlatul Ulama dan kalangan pesantren mengaku sebagai penjaga tradisi, maka Pagar Nusalah anak NU yang paling cinta dengan budayanya. Misalnya saja, jurus-jurus yang ada dalam Pagar Nusa tidak harus satu barisan namun disesuaikan dengan trend pencak di daerah masing-masing dan dinamai dengan nama daerahnya. Ada jurus Cimande, Kediri, Pasuruan, dan daerah lainnya. Pagar Nusa tidak terlalu gemar mengimpor jurus-jurus silat dari Asing apalagi sampai menamai jurus silatnya dengan istilah asing yang apalagi ngetrend.

?Sama dengan pesantren yang dulu-dulu itu. Namanya selalu identik dengan nama daerahnya. Ada Pesantren Lirboyo, Tebuireng, Langitan, dan seterusnya. Inilah pesantren yang asli, bukan pesantren yang belakangan dinamai dengan memakai nama dari bahasa Arab,? kata Kiai Suharbillah.

Tema yang diusung dalam kongres Pagar Nusa kali ini adalah ?Berjuang Menegakkan Moralitas dan Budaya Bangsa.? Pagar Nusa bertekat mengisi ruangnya sendiri sekalipun ruangnya yang lama dan klasik dan tak harus sama dengan yang lain. ?Kami akan menngalakkan gerakan ekonomi di seluruh basis NU dengan cara mengampanyekan kembali semboyan cinta terhadap produk sendiri, terutama produk dari warga Nahdliyyin, dan agar kembali ke model perekonomian lama yang merakyat yakni model koprasi,? kata Kiai Suharbillah.

Para pendekar IPS-NU Pagar Nusa tidak hendak ambisius ingin menyelesaikan problem Nusantara yang semakin edan ini secara cepat dan revolusioner, namun secara pasti mengambil perannya sendiri. ?Dalam soal kenaikan BBM kami tidak ingin memihak sana-sini. Kami hanya bertugas agar konflik yang terjadi akibat kenaikan BBM tidak semakin parah,? kata Kiai Suharbillah. Semoga bisa.

(a khoirul anam)

APA ITU PAGAR NUSA ?

Nama lengkap organisasi ini adalah Ikatan Pencak Silat Nahdlatul Ulama' Pagar Nusa disingkat IPSNU Pagar Nusa. Sedangkan Pagar Nusa sendiri merupakan akronim dari Pagar NU dan Bangsa.
IPSNU Pagar Nusa adalah satu - satunya wadah yang sah bagi organisasi pancak silat di lingkungan Nahdlatul Ulama' berdasarkan keputusan Muktamar.
Organisasi ini berstatus lembaga milik Nahdlatul Ulama' yang penyelenggaraan dan pertanggungjawabannya sama sebagaimana lembaga - lembaga NU lainnya.
Status resmi kelembagaan inilah yang menjadikan Pagar Nusa wajib dilestarikan dan dikembangkan oleh seluruh warga NU dengan mengecualikan pencak silat atau beladiri lainnya.
Segala kegiatan yang berhubungan dengan pencak silat dan beladiri dengan segenap aspeknya dari fisik sampai mental, dari pendidikan sampai sistem pengamanan dan lain - lain merupakan bidang garapan bagi lembaga ini.

VISI DAN MISI

Pagar Nusa ber-Aqidah ala Ahlussunnah wal Jama'ah dengan asas organisasi Pancasila. Pagar Nusa mengusahakan :
Berlakunya Ajaran Islam berhaluan Ahlussunnah wal Jama'ah di tengah-tengah kehidupan negar kesatuan Repubil Indonesia yang ber-Pancasila.
Pelestarian, pembinaan, dan pengembangan pencak silat baik seni, beladiri, mental spiritual, maupun olahraga / kesehatan khususnya di lingkungan NU maupun di lingkungan warga bangsa lain pada umumnya.

ANGGOTA
Keanggotaan diatur dalam Peraturan Dasar dengan kriteria mudah yaitu warga Nahdlatul Ulama' :
Mulai kanak - kanak sampai sesepuh ( batasan usia )
Dari yang belum mengenal pencak silat sampai yang mahir ( batasan kemampuan )
Sistem penjenjangan anggota dll, disesuaikan dengan kemampuan, usia, dan kebutuhan

MATERI PENCAK SILAT
Materi Pencak Silat Pagar Nusa Bakudi susun oleh tim yang terdiri dari dewan dan sumber lain dari berbagai aliran asli dari seluruh Indonesia seperti Cimande, Cikaret, Cikampek, Cikalong, Minang, Mandar, Mataram, dll. secara sistematis dengan metode modern.
Penyusunan jurus baku, baik fisik maupun non fisik dilakukan secara bertahap, memakan waktu bertahun - tahun dan sampai kini masih dilakukan penggalian - penggalian untuk paket selanjutnya.
Materi baku telah dilengkapi Buku Panduan bergambar, Kaset, dan VCD, dapat dibeli di bagian perlengkapan pusat.

FISIK BAKU
Gerak Dasar
Paket Kanak - kanak ( setingkat TK )
Paket I A & B ( setingkat SD )
Paket II A & B ( setingkat SMP )
Paket III A & B ( setingkat SMU )
Paket Beladiri ( setingkat perguruan tinggi )
Pencapaian jurus fisik baku menjadi tolak ukur tingkatan sebagai jenjang latihan. Warna Dasar Badge pada sabuk tingkatan menyesuaikan dengan penjenjangan tersebut.
Pendalaman = Seni Festival, Lomba, dll.
= Beladiri Terapan, Keamanan, dll.
= Olahraga Pertandingan, Senam Massal, dll.
= Kesehatan Pijat, Pernafasan, Obat, dll.
= Dan Lain - Lain.

NON FISIK BAKU
Ijazah
Jurus Asma'ul Husna
Jurus Taqorrub
Pendalaman = Pengisian Badan Langsung / Instan
Pengisian Bertahap Sesuai Jurus
Pengisian Barang
Pengobatan Non Fisik
Atraksi
Do'a
dll.

MANFAAT
Bergabung dengan Pagar Nusa bermanfaat, baik sosio kultural, edukatif maupun personal.

PERANGKAT LPS NU PAGAR NUSA

Disamping Struktur kepengurusan, Pagar Nusa memiliki perangkat organisasi yang dibentuk hanya ditingkat pusat sbb :

DEWAN BESAR GURU KHOS
Yaitu Ulama - Ulama Sepuh yang sangat mumpuni baik lahir maupun batin yang menjadi rujukan terakhir bagi keputusan - keputusan penting dan merupakan back up utama LPSNU
Dewan Besar Guru Khos antara lain :

KH. ABDULLAH FAQIH KH. HABIB JAKFAR
KH. ABDULLAH ABBAS KH. M.A. FU'AD HASYIM
KH. HABIB LUTFI KH. MUSLIMIN IMAM PURO
KH. SUFYAN KH. KHOTIB UMAR
KH. MASDUQI MAHFUDZ

DEWAN GURU KHOS
Dewan ini terdiri dari Ulama - Ulama Sepuh yang sangat mumpuni baik lahir maupun batin yang menjadi sumber secara langsung dalam memberi masukan bagi kemajuan dan kesuksesan LPSNU Pagar Nusa.
Dewan Guru Khos antara lain :

KH. R. KHOLIL AS'AD KH. SYAIFUL ISLAM
KH. AGUS HALIM KH. SA'DAN MAFTUCH
KH. ALY MASHURI KH. ROFI'I
KH. ABDULLAH KH. SU'UD IBRAHIM
KH. AGUS BUSTOMI KH. NURKHOLIS

DEWAN KHOS
Dewan ini merupakan motor penggerak dan dapur organisasi yang menggali, menggodok dan merumuskan segala hal yang berkaitan dengan pencak silat dan beladiri untuk kemudian disosialisasikan di tingkat kepengurusan dan operasional.
Dewan ini juga merupakan back up langsung jembatan penghubung antara orang - orang khusus ( khos ) dengan kepengurusansecara operasional.
Dewan Khos antara lain :

PROF. DR. H. SUHAR BILLAH, SH.MBA KH. IMAM FAUZI
DRS. H. HUSNAN SANUSI DRS. SUNOTO
H. TIMBUL WIJAYA ZAINAL SUWARI
KH. KHOIRUL ANAM DRS. MAHSUN
KH. SU'UDI BAGIYONO
H. AFANDI MAS'UD MUJAHIDIN

PASUKAN KHOS

Adalah orang - orang khusus yang memiliki keahlian tertentu yang terjun langsung di lapangan.

PASUKAN INTI / PASTI

Pasukan ini dibentuk dengan kualifikasi tertentu guna memenuhi kebutuhan dalam kaitannya dengan keorganisasian dan kemasyarakatan

PERKEMBANGAN, POTENSI DAN PRESTASI

PERKEMBANGAN DAN POTENSI
Sejak LPSNU Pagar Nusa berdiri 3 Januari 1986, organisasi ini mengalami pasang surut dalam perjalanannya. Oraganisasi yang pertama kali berdiri berbentuk perguruan ini setelah beberapa kali melakukan Musyawarah Nasional dan Rakernas mengalami perubahan status sebagai Lembaga, lalu menjadi Badan Otonom kemudian kembali ke Lembaga lagi sesuai amanat Muktamar di masanya.
Perubahan dan perkembangan tersebut tidak mengurangi bahkan menambah potensi Pagar Nusa di NU yang memang sangat kaya akan budaya pencak silat dan yang berkaitan dengan itu.
Wilayah yang sudah terbentuk meliputi seluruh Indonesia sbb :
Batam : Sudah berdiri sebagai Komisariat atas Daerah Otorita
Sumatra : Seluruh Sumatra kecuali Aceh
Jawa : Seluruh Jawa, kecuali Jawa Barat tetapi di tingkat cabang
seperti Cirebon, Bandung dll sudah ada
Bali : Seluruh daerah sudah ada
NTB : Seluruhnya
Kalimantan : Seluruh Kalimantan
Sulawesi : Baru di Sulawesi Utara dan SulawesiTenggara
Irian Jaya : Sudah beberapa daerah.
Wilayah lain yang belum terbentuk adalah Maluku dan NTT

PRESTASI

Disamping selalu melaksanakan kegiatan rutin dan khusus yang berkaitandengan tugas - tugas ke-NU-an maupun tugas keluar / kemasyarakatan organisasi pencak silat ini telah berhasil menempatkan putra terbaiknya di Organisasi Pencak Silat Induk Nasional / Internasional, Perguruan Besar Ikatan Pencak Silat Indonesia (PB IPSI) dan Perserikatan Silat Antara Bangsa (PERSILAT) antara lain :

Pendamping Tim Pencak Silat di Selangor Malaysia
Beberapa Wasit Juri Nasional Pertandingan sampai sekarang
Beberapa Wasit Juri Nasional Bidang Pencak Silat Tradisi
Sebagai Dewan Pakar PB IPSI
LPSNU Pagar Nusa termasuk Lima Perguruan Besar di Indonesia yang berhak atas event Pencak Silat Internasional Bidang Tradisi.
Penampil sangat monumental pada Parade Pencak Silat Internasional di Denpasar, Bali.

SIMBOL DAN ARTI
LAMBANG PAGAR NUSA Simbol LPS Pagar Nusa berupa gambar Pita bertulisan LAA GHAALIBA ILLA BILLAH yang melingkupi bola dunia di dalam kurva segi lima dengan beberapa atribut dan perincian sebagai berikut :
Kurva segi lima merupakan simbolisasi dari Syari�at Islam yang mempunyai lima rukun dan merupakan simbolisasi pada adanya rasa kecintaan kepada bangsa dan negara yang berpancasila.

Simbolisasi ini berangkat dari dasar pengertian rukun Islam yang Nabi SAW sampaikan :
Islam itu didirika atas lima : Bersaksi bahwa sesungguhnya tidak ada tuhan selain Allah dan Muhammad adalah rasul Allah, mendirikan sholat, menunaikan zakat, berhaji ke baitullah bagi yang mampu, dan puasa Ramadhan? ( HR Bukhory )

Tiga garis tepi yang sejajar dengan garis kurva merupakan lambang dari tiga pola utama yang berjalan bersama dalam cara hidup warga Nahdlatul Ulama yaitu Iman, Islam, Ihsan sebagaimana Hadits Nabi SAW? ketika ditanya oleh Malakat Jibril.

Bintang sudut lima sebanyak sembilan buah dengan pola melingkar di atas bola bumi dan pada bagian paling atas bintangnya tampak lebih besar ini merupakan ekspresi dari pola kepemimpinan wali songo dan juga idealisasi dari suatu cita-cita yang bersifat maksimal karena selain bintang merupakan simbol kemuliaan juga jumlah sembilan merupakan angka tertinggi. Ini sesuai dengan mimpi Nabi Yusuf tentang bintang sebagai isyarat akan mencapai kemuliaan.

Firman Allah SWT :
Ketika Yusuf berkata kepada ayahnya : Wahai ayahku sesungguhnya aku bemimpi melihat sebelas bintang, matahari, dan bulan ; kulihat semuanya sujud kepadaku. ( QS.Yusuf : 4)
Bintang terbesar mengisyaratkan adanya pola kepemimpinan yang dalam Islam merupakan suatu keharusan.
Gambar cabang / trisula terletak ditengah bola dunia bagian atas tepat dibawah bintang terbesar merupakan manifestasi kenyataan historis bahwa senjata jenis inilah yang tertua dan lebih luas penyebarannya di bumi nusantara. Sebagai kelompok beladiri pencak silat anggota Ikatan Pencak Silat Indonesia ( IPSI ), Pagar Nusa memasukkan simbol tersebut supaya tidak tercerabut dari identitas persatuan beladiri asli Indonesia. Sebagaimana kita maklumi bersama :
Barang siapa memisahkan diri dari kelompok dimakan srigala

Bola Dunia / gambar bumi tepat di tengah merupakan ciri khas dari organisasi underbow Nahdlatul Ulama yang simbol utamanya berupa bumi dan tampar sebagaimana di lukiskan oleh tangan pertamanya KH. RIDWAN ABDULLAH berdasar Istikharahnya.

Pita melingkupi bumi dengan tulisan LAA GHAALIBA ILLAA BILLAH

Yang berarti tidak ada yang menang ( mengalahkan ) kecuali dengan pertolongan Allah merupakan tata nilai beladiri khas Pagar Nusa. Kalimat ini pada awal pembentukannya berbunyi
LAA GHAALIBA ILLALLAH kemudian oleh K.H. Sansuri Badawi dianjurkan untuk diberi tambahan ba sehingga berbunyi seperti sekarang. Hal ini sesuai dengan pola kalimat pada kalimat LAA HAULA WALAA QUWWATA ILLAA BILLAH yang bekonotasi umum ( am ) bagi segala bidang kehidupan.

Sedangkan secara khusus ( khas ) dengan mengambil tibar bahwa dalam Al-Quran kegiatan-kegiatan yang melibatkan beladiri secara fisik maupun non fisik banyak disebut dengan menggunakan kalimat yang berasal dari akar kata ghalaba, maka Pagar Nusa menggunakan kalimat sebagaimana tercantum dalam simbol

Firman Allah : Jika Allah menolong kamu, maka tak ada orang yang dapat mengalahkanmu ( QS. Ali Imron : 160 )
Orang orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah berkata : berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah ( QS. Al-Baqarah : 249 )
Dan barang siapa mengambil Allah, Rasul-Nya, dan orang -orang yang beriman menjadi penolongnya, maka sesungguhnya pengikut ( agama ) Allah itulah yang pasti menang. ( QS. Al-Maa-idah : 56 ).

Warna Hijau dan putih merupakan dua warna yang secara universal mengandung makna baik. Sebab segala yang bersih dan suci baik secara materiil ( fisik ) maupun immateriil ( non fisik ) dapat? disimbolkan dengan warna putih. Sedangkan hal-hal yang bersifat sejuk, subur, makmur, tenang, enak dipandang dan lain-lain yang membahagiakan selalu dapat disimbolkan dengan warna hijau.

Warna Putih merupakan warna wajah cerah bagi orang-orang yang memperoleh kebahagiaan? di akhirat.
Warna hijau merupakan warna ahli sorga yang merupakan tempat kebahagiaan manusia, sebagaimana digambarkan oleh Allah SWT. :

Mereka itulah bagi mereka surga , megalir sungai-sungai di bawahnya; dalam surga itu mereka dihiasi dengan gelang emas dan mereka memakai pakaian hijau dari sutera halus dan sutera tebal, sedang mereka duduk sambil bersandar di atas dipan-dipan yang indah. Itulah pahala yang sebaik-baiknya, dan tempat istirahat yang indah. ( QS.Kahfi : 31).

Dengan demikian kombinasi warna itu merupakan kombinasi warna yang mengidolakan pemandangan di Surga kelak.
Mereka memakai pakaian sutra halus yang hijau dan sutra tebal dan dipakaikan kepada mereka gelang terbuat dari perak, dan Tuhan memberikan kepada mereka minuman yang bersih. ( QS Al-Insan 21 )

Sumber tulisan :
- www.nu.or.id
- Sumber lainnya
- Team silat

Tinju Sambuik Sapuluah, "Kitab Silat" Tuanku Imam Bonjol yang Terlupakan



Dalam sejarahnya, Tuanku Imam Bonjol melatih 5.000 pemuda Bonjol menjadi pesilat tangguh. 400 orang di antaranya malah merupakan pengawal pribadi.

Tak heran, Tuanku Imam punya aliran silat sendiri. Namanya, Tinju Sambuik Sapuluah.

�Ini merupakan silat turun temurun dari Doman Rajo Mau. Ia mendapatkan ilmu silat ini dari pengikut setia Tuanku Imam Bonjol yang ditangkap Belanda dan di penjara,� ujar Pelatih dari Silat Tinju Sambuik Sapuluah, Hendri Jasril Kari Jolelo pada ranahberita.com, Minggu (24/8/14).

Silat ini menggunakan langkah tiga. Dengan filosofi �suruik salangkah ba arti manang, maju salangkah ba arti kalah� (mundur selangkah berarti menang, maju selangkah berarti kalah). Saat ini, ia mengajarkan di hampir seluruh daerah Bonjol, Pasaman.

Dari data dan wawancara yang dihimpun ranahberita.com, tidak diketahui kapan dan di mana Tuanku Imam mempejari silat. Tapi, tak diragukan, ia banyak memiliki pengawal dan pengikut setia setelah menjadi pemimpin Bonjol.

Tuanku bukan orang pelit. Ia menurunkan jurusnya pada siapa saja yang mau belajar. Di antara yang jadi muridnya adalah dua dari pimpinan Barampek Selo Bonjol. Tuanku Gapuak berasal dari Bonjol dan Tuanku Keluat yang berasal dari Agam yang merupakan kemenakan dari Tuanku Nan Receh. Ada juga panglima pasukan seperti Tuanku Limau Manih dari Palupuah dan Bagindo Tan Labiah (Tan Lobe).

Malang nasib Bagindo Tan Labiah. Ia tertangkap Belanda. Beliau dipenjarakan di Padang. Semasa di penjara, ia bertemu tahanan bernama Ajo Paman berasal dari Pariaman.

Singkat cerita, Ajo diangkat sebagai murid. Setelah sekian lama dipenjara, Tan Lobe dipindahkan ke Manado pada 1840. Di Manado, Bagindo mengembangkan ilmu silatnya dan mengajarkan pada napi dan masyarakat yang ada. Di Manado, Silek Tinju Sambuik Sapuluah terkenal �dengan nama silek cakak atau silek baginda. Pada 1888, beliau meninggal dunia di sana.

Di Minangkabau, sebelum dibebaskan Belanda, Ajo mengangkat Upeh (Opas, sebutan untuk penjaga penjara masa Belanda yang berasal dari pribumi) Doman Rajo Mau sebagai murid. Dari sinilah ilmu silat itu kembali ke Pasaman.

Doman merupakan pribumi asli Nagari Ganggo Hilia dalam daerah Kampuang Dalam, Pasaman. �Setelah dibebastugaskan sebagai Upeh, Doman menurunkan Jurus Tinju� pada anak kandungnya, Abdul Aziz Sutan Sinaro dan kemenakannya Manan Rajo Mau.

Muridnya yang lain, Sutan Saidi Rasiak berasal dari Padang Laweh, Nawi dari Padang Baru Ganggo Hilia serta Buduik Sarumpun berasal Kampuang Baru Ganggo Mudiak.

Murid Doman, lalu menyebar ke berbagai daerah. Sutan Saidi pernah pergi ke Kedah, negara bagian Malaysia. Di sana ia mengikuti pertandingan silat melawan Raja Cina dan menang

Sutan menurunkan ilmu silat ke beberapa orang murid. Setelah merasa muridnya menguasai segala gerak, Sutan kembali ke Bonjol.

Sedangkan Rasiak mengembangkan ilmunya di Kampung Baru Ganggo Mudiak. Buduik Sarumpun ke Kampung Koto Ganggo Hilia. Sedangkan Manan, pergi merantau dan mengembangkan ilmu silatnya di Kampung Pisang, Medan.

Muridnya yang lain, Sutan Sinaro menurunkan ilmu itu pada anaknya� yang bernama Muhammad Sahen Kari Jolelo dan Abdul Murat Kari Mudo.

Kari Jolelo menyebarkan di Padang Bubuih sampai ke Tanjung Bungo. Sementara Kari Mudo dan Amri Sutan Pamenan sampai saat ini masih mengembangkan silek di Ganggo Hilia�dan Ganggo Mudiak.

Kari Jolelo pulang ke kampung halaman dan membuka sasaran. Sekarang, anaknya, Hendri yang meneruskan.

Saat ini ada 50 murid yang sedang belajar ilmu silat ini. Kami bersyukur, ilmu silat ini menjadi kegiatan ektra kulikuler di SMPN 01 Bonjol. Kami latihan setiap Jumat sore,� jelas Hendri.

Aliran ini masuk dalam Perguruan Pencak Silat Tradisional Torpedo Bonjol, yang beralamat di Pasar Equator, Jorong Kampung Alai, Ganggo Mudiak Kecamatan Bonjol, Pasaman.



Tuangku Imam Bonjol

sumber:
RanahBerita

Silat Ketimpring



Rebana Ketimpring ada dua macam yakni Rebana Ngarak dan Rebana Maulid. Namun ada juga permainan kolaborasi teknik tarian silat dengan teknik ketimpring.

Di samping itu Rebana Ketimpring merupakan nama salah satu kesenian yang ada di Betawi beberapa tempat masih membudayakan permainan budaya ini seperti Cawang, Tomang, dan Jati pulo. Rebana ngarak yang dimainkan adalah saat mengarak pengantin perempuan. Asal mula munculnya Rebana Ketimpring sebenarnya mempunyai tiga versi. Pendapat pertama menyebutkan bahwa, kesenian ini muncul dari bocah penggembala sapi yang memukul tudung cetok-nya sambil bernyanyi. Pendapat kedua mengatakan bahwa kesenian rebana muncul dari seorang tukang yang membuat karton bernama Sarmada. Bersama dengan pembantunya setiap hari menumbuk kardus sehingga tercipta sebuah irama. Lama kelamaan suara tumbukan tersebut dipelajari, Bekerja sama dengan Sa'dan dari Sumur Batu dan seorang ahli agama bernama Mu'min dari Gandrong Kelurahan Rawa Buaya (melengkapi dengan tepukan Hadra) sehingga menghasilkan kesenian Rebana Ketimpring, dan yang ketiga pengaruh tamu Turki (Arab) saat kemenangan Fatahillah di Betawi hanya bentuknya dan permainannya disesuaikan oleh penduduk lokal Betawi.

Irama dalam ketimpring meliputi delapan macam tepukan, dengan perpindahan tepukan yang disebut "tokse", Nama tepukannya meliputi pineang satu, pincang dua, seramba, pincang siir, pincang gambus, pincang serong, pincang kwitang, dan pincang empat. Dalam penampilannya Rebana Ketimpring mempunyai fungsi sebagai Rebana Ngarak dan Rebana Maulid.

Pengaruh silatnya adalah menyembunyikan gerakan-gerakan silat dan langkah kaki dari setiap tepukan menjadi sebuah tarian penyambutan.

Silat Banten Aliran Terumbu



Oleh : Nasrudin Attijani


Kiyai Terumbu merupakan ulama besar Banten pada Abad 15 sebelum sultan Hasanudin menjadi sultan di Kerajaan Banten dan pada masa tersebut kerjaan Banten belum menjadi kerajaan islam dan beliau bermukim di suatu kampung, yang mempunyai 5 orang anak dan anak pertama bernama Abdul Fatah.

Menjelang usia dewasa Abdul Fatah pernah mempunyai istri dari manusia dan usianya tidak lama dan Abdul Fatah ingin mencari seorang istri lagi tetapi tidak ada yang mau di peristri oleh Abdul Fatah karena takut usianya tidak lama seperti istri sebelumnya dan Abdul Fatah mengembara dari satu kampung ke kampung lainnya tapi belum juga mendapatkan jodoh. Akhirnya beliaupun menghadap kepada Ki Terumbu untuk meminta saran agar cepat mendapatkan seorang istri. Ki terumbupun memberikan saran, agar menjadi seorang Aulia Allah harus menikah dengan bangsa jin islam. Dan untuk menemukan jin islam perempuan pun tidak mudah untuk menemukanknya dan untuk menemukannya Ki Terumbu menyarankan untuk membuat suatu sumur pemandian di suatu kampung yang terdapat alasnya ( hutan ) yang tidak jamah oleh manusia apabila sumur tersebut digunakan mandi oleh jin perempuan islam, maka Abdul Fatah harus mengambil salah satu pakaian jin tersebut .


Beliaupun menjalankan saran Ki Terumbu untuk membuat suatu sumur pemandian pertama di kampung kasemen, tapi setelah beberapa waktu dilihat ternyata belum ada tanda � tanda adanya jin tersebut, Abdul Fatahpun membuat lagi sumur pemandian di kampung pontang sekarang tirtayasa tetapi belum juga berhasil. Dan akhirnya beliau meminta saran Ki Terumbu lagi dan Ki Terumbu menyarankan agar membuat sumur yang bernama sumur pulauan di kampung yang ditempati oleh ki terumbu kp. Padadaran ( sekarang kp. Terumbu ), setelah dibuat selang 3 hari akhirnya Abdul fatah menemukan tanda � tanda bahwa sumur pemandian yang di buatnya terlihat keruh pada malam hari dan keesokan harinya beliau mengintip sumur tersebut dan menemukan tiga jin perempuan sedang mandi pada sumur pemandian tersebut. Dan beliaupun mengambil salah satu baju jin perempuan tersebut, tetapi kedua jin yang lainnya langsung mengetahui dan langsung mengambil pakaiannya dan menghilang sedangkan jin perempuan yang satunya lagi masih ada di sumur pemandian tersebut tidak bisa menghilang karena pakaiannya dipegang oleh Abdul fatah dan di sembunyikan di lumbung pari agar tidak ditemukan oleh jin tersebut.

Dan Abdul Fatahpun langsung memberikan pakaian manusia untuk di kenakan oleh jin perempuan tersebut. Jin tersebut langsung dibawanya kerumah Ki Terumbu untuk langsung dinikahkan dengan wali hakim. Dan dinikahkan oleh ki terumbu dan ki terumbu memberi pesan bahwa kedua mempelai bisa hidup normal seperti manusia biasa dengan catatan jangan sampai istri Abdul Fatah mengenakan baju jinnya kembali, apabila mengenakannya akan langsung hilang. Dan Abdul Fatah pun mengikuti nasehat Ki Terumbu.


Hasil pernikahan ki beji dengan jin perempuan tersebut dikaruniai 3 orang anak diantaranya : anak pertama bernama Tanjung anom, anak kedua. bernama Kudup melati, anak ketiga bernama Dewi Rasa. Pada waktu syarif Hidayatullah akan rapat dewan walisongo membawa anaknya sultan hasanudin ( sebelum menjadi raja Kesultanan Banten ) kepada Ki Beji untuk dititipkan sementara syarif Hidayatullah Rapat dengan Walisongo di Demak beserta KH. Abdul Fatah ( Ki Beji ). Perjalanan menuju Demak memakan waktu 3 hari 3 malam untuk sampai lokasi Mesjid Demak dan pulangnya memakan waktu 3 hari 3 malam. Pada waktu perjalanan menuju Demak ada beberapa kejadian penting diantaranya :


1. Pada hari pertama perjalanan Ki Beji menemukan burung dara mati didepannya dan Ki Beji pun menangisi Burung dara tersebut dan berkata : � andai saja ya Allah burung ini hidup dapat berguna bagi anak dan keluarganya�, dan seketika itupun Allah mengabulkan permintaan Ki Beji. Burung dara itupun langsung hidup dan berkata kepada Ki Beji : � jika Ki Beji butuh pertolongan maka saya akan membantu Ki Beji dengan cara injrk bumi 3 kali � . dan Ki Beji pun mengiyakan permintaan Burung itu, dan burung tersebut langsung menghilang.


2. Pada hari kedua perjalanan Ki Beji menemukan belut putih mati didepannya dan Ki Beji pun menangisi belut putih tersebut dan berkata : � andai saja ya Allah belut putih ini hidup dapat berguna bagi anak dan keluarganya�, dan seketika itupun Allah mengabulkan permintaan Ki Beji. belut putih itupun langsung hidup dan berkata kepada Ki Beji : � jika Ki Beji butuh pertolongan maka saya akan membantu Ki Beji dengan cara injak bumi 3 kali � . dan Ki Beji pun mengiyakan permintaan belut putih itu, dan belut putih tersebut langsung menghilang.



3. Pada hari kedua perjalanan Ki Beji menemukan lalat besar mati didepannya dan Ki Beji pun menangisi lalat besar tersebut dan berkata : � andai saja ya Allah lalat besar ini hidup dapat berguna bagi anak dan keluarganya�, dan seketika itupun Allah mengabulkan permintaan Ki Beji. lalat besar itupun langsung hidup dan berkata kepada Ki Beji : � jika Ki Beji butuh pertolongan maka saya akan membantu Ki Beji dengan cara injak bumi 3 kali � . dan Ki Beji pun mengiyakan permintaan lalat besar itu, dan lalat besar tersebut langsung menghilang.


4. Pada malam terakhir perjalanan pulang menuju Kp. Terumbu Banten, Ki Beji menemukan Burung Garuda mati didepannya dan Ki Beji pun menangisi Garuda mati tersebut dan berkata : � andai saja ya Allah Garuda mati ini hidup dapat berguna bagi anak dan keluarganya�, dan seketika itupun Allah mengabulkan permintaan Ki Beji. Burung Garuda itupun langsung hidup dan berkata kepada Ki Beji : � jika Ki Beji butuh pertolongan maka saya akan membantu Ki Beji dengan cara injak bumi 3 kali � . dan Ki Beji pun mengiyakan permintaan Garuda itu, dan Garuda tersebut langsung menghilang.


Sesampainya Ki Beji di rumahnya, beliau kaget karena mencari � cari istrinya tidak ada di rumah, dan Ki Beji langsung kerumahnya Kiyai Terumbu menanyakan keberadaan istrinya yang hilang. Ki terumbu mengingatkan kepada Ki Beji sebelum berangkat, agar kunci gudang ( lumbung ) tempat menyimpan baju jin istrinya agar tidak diberikan kepada istrinya Ki Beji, Ki besus ( penjaga rumah Ki Beji ) yang di amanati Ki Beji agar menjaga kunci tersebut tidak di berikan kepada siapapun termasuk istrinya. Ternyata ki besus hilaf akan tugasnya ketika itu ki besus tertidur ketika menjaga rumah dan tanpa disadari istri Ki Beji mencurinya dan langsung menghilang. Ki Beji seharusnya tahu isyarat pada waktu perjalanan pulang menemukan Burung garuda mati tersebut bisa membawa Ki Beji ke negeri Jin menurut Ki terumbu. Maka seketika itu Ki Beji langsung memanggil Garuda itu dan langsung datang, dan langsung membawa Ki Beji ke negeri jin tempat istrinya tinggal. Sampailah Ki Beji ke negeri Jin dengan Garuda, di pintu gerbang Ki Beji menemukan penjaga negeri jin dan melarang manusia memasuki negerinya, tapi Ki Beji bersikeras akan membawa pulang ke dunia istrinya. Penjaga itupun mempersilahkan Ki Beji membawa istrinya dengan beberapa syarat :




  1. Ki Beji dikasih keranjang untuk mengangsu air ke negeri jin

Dalam pikirannya beliau berpikir bagaimana mengangsu air dengan keranjang sedangkan keranjang itu bolong � bolong, dan beliaupun teringat pada belut putih yang hidup di air. Dan dengan bantuan belut putih itu Ki beji dapat mengangsu air dengan cara keranjang tersebut di lilit dengan tubuh belut putih tersebut.



  1. Ki beji di suruh membawa kacang ijo sekarung dibuang oleh penjaga negeri jin ke dunia agar membawanya kembali utuh menjadi satu karung kembali. Dan Ki beji meminta bantuan kepada burung dara untuk memakan semua kacang yang bercecer dan memasukkan kembali ke karung untuk di bawa ke negeri jin

  2. Ki Beji disuruh mencari istrinya berada sedangkan istana jin itu beratus lantai dan harus tahu dimana lokasi tampat istrinya berada. Ki Beji pun meminta bantuan kepada burung dara agar mencarikan lokasi dimana istrinya berada dan waktu itu burung dara itu langsung laporan ke Ki Beji bahwa sudah menemukan istrinya berada.

  3. Setelah ketemu dimana istrinya berada, sekarang Ki Beji harus menemukan dimana istrinya sedangkan bangsa jin perempuan wajahnya sama mencapai ribuan. Ki Beji meminta bantuan lalat besar agar ditemukan keberadaan istrinya. Ki Bji menyuruh lalat tersebut menghinggapi wajah muka istrinya dan tebakan Ki Beji itu benar. Jin perempuan itu di Tanya oleh penjaga negeri jin, � benar kamu sudah menikah dengan Ki Beji bangsa manusia?� dan jin tersebut mengiyakan perkataan Ki Beji maka di bawalah istrinya kembali ke kp. Terumbu dan menjalani hidup normal seperti manusia hingga mempunyai 3 orang anak ( Tanjung Anom, Kudup Melati, Dewi Rasa )


Julukan Ki beji karena beliau berhati besi atau beji yang membangkang pada kompeni dan tidak mau diusir oleh penjajah kompeni ( Belanda ) dari tanah kampung terumbu Banten. Masyarakat dan keturunan Ki Terumbu diajari ilmu silat dari anak � anak hingga dewasa untuk melawan penjajahan belanda hingga sekarang silat ini turum temurun masih terjaga kelestariannya di kampung terumbu, Kasemen serang. Pada keturunan ke 4 atau cicit dari H. Agus( anak ke 4 dari Ki Zunedil Qubro bin Ki Terumbu ) yaitu H. Mad sidiq mewarisi ilmu silat Bandrong dan mempunyai istri di pulo ampel bojonegara - Serang serta mengembangkannya aliran silat ini ke daerah cilegon dan sekitarnya untuk melawan penjajahan belanda dan jepang sedangkan M. Idris mewarisi ilmu silat terumbu dan beliau bermukim di kampung terumbu dalam pengembangannya aliran silat ini berkembang di daerah serang dan sekitarnya untuk melawan penjajahan belanda dan jepang.




Mukjizat / Kesaktian Keturunan Terumbu


Nyi jong mempunyai kesaktian sebuah kerudung, apabila di simpan di pohon maka akan ada lautan darah di tempat tersebut, karena pada waktu kompeni akan menyerbu kampong terumbu, beliau mengikatkan kerudungnya pada sebuah pohon dan kampung terumbu pun menjadi lautan darah dan pasukan kompenipun terkecoh oleh kekuatan dan kesaktian nyi jong dengan kerudungnya dan merekapun meninggalkan kampung terumbu.


Nyi Audah mempunyai umur yang panjang hingga 300 tahun.

H. Buang mempuyai kesaktian dapat mengalahkan macan siluman yang ada di benteng Jakarta sekarang menjadi lapangan benteng. Pada zaman VOC / kompeni menduduki sunda kelapa, setiap pasukannya melewati lapangan benteng selalu mati diterkam oleh macan siluman. Kompeni pun mengadakan sayembara hadiah kepada siapa saja yang yang dapat mengalahkan macan siluman itu akan dihadiahi tanah seluas 1 hektar, waktu itu H. Buang datang ke kompeni memakai dan membawa dagangan kacang pikulan. Kompeni tidak percaya akan penampilan pada H. Buang karena pakaianya sederhana tidak kelihatan seperti jawara, akhirnya H. Buangpun di terima untuk membunuh macan siluman yang ada di benteng, tak lama kemudian H. Buang dapat mengalahkan macan siluman itu dengan mudah. Setelah itu pasukan kompeni dapat melewati daerah benteng dengan aman dan menghadiahi beliau tanah yang dijanjikan.



Sejarah diperoleh hasil diskusi dan wawancara pada tanggal 7 April 2007

dengan sesepuh kampung terumbu Kab.serang - Banten

Minggu, 23 Oktober 2016

Belajar Silat Berarti Belajar untuk Mengendalikan Diri Sendiri



oleh: Gede Agus Bramanta, 24, Mataram

( Juara Harapan Lomba Penulisan Artikel Silat )

Silat sudah cukup dikenal di masyarakat Indonesia. Mendengar kata �silat� pastinya identik dengan figur jagoan. Langsung terbayang mengenai pertarungan kemudian ditentukan siapa yang menang dan siapa yang kalah. Tapi benarkah hanya seperti itu? Ternyata tidak. Banyak hal yang bisa kita pelajari dari ilmu silat. Tidak hanya jurus-jurus hebat atau teknik-teknik bertarung yang membuat kita mampu membela diri dan bisa menjadi jagoan. Belajar silat tidak hanya sekedar belajar memukul, menendang, menangkis ataupun mempertahankan diri dari lawan.

Semua ilmu bela diri yang baik tentunya menuntun kita untuk berada di jalan kebenaran dalam menerapkan ilmu yang telah kita dapatkan. Silat pun demikian. Selain latihan fisik, ilmu silat mengajarkan kita banyak nilai-nilai luhur dan kebaikan, salah satunya adalah pengendalian diri. Pengendalian diri sangatlah penting dimiliki oleh setiap individu. Pengendalian diri membuat setiap orang berpikir dengan akal sehat dalam menghadapi sesuatu. Ketika seseorang mampu mengendalikan emosinya, tentu kesulitan ataupun hal-hal buruk yang sedang dihadapinya akan tersikapi dengan hati yang tenang. Dalam keadaan tenang tersebut, jalan keluar dalam suatu masalah akan mudah untuk didapat.

Kembali lagi tentang silat yang mengajarkan kita untuk lebih mengendalikan diri. Orang-orang pastinya ada yang bertanya. Bagaimana bisa? Apa hubungannya? Bagaimana caranya? Memangnya bisa? Dan masih ada banyak pertanyaan lagi bagi mereka yang memang belum pernah belajar silat dan merasakan manfaatnya. Secara tidak disadari, belajar bela diri tidak hanya untuk melatih fisik, melatih kekuatan, ketahanan, keseimbangan, ataupun ketangkasan kita. Namun, berlatih ilmu bela diri, dalam hal ini berlatih silat, juga membantu melatih jiwa dan pribadi kita. Hal tersebut juga sangat penting sehingga membuat kita kuat secara fisik dan jiwa.

Sesuatu yang baru dipelajari pastinya butuh kesabaran dan ketekunan agar segera berhasil. Belajar silat pun, pada awalnya harus dengan niat yang baik. Kadang orang berpikir belajar silat sepertinya berat dan sulit. Tapi bagi mereka yang sudah berniat, apalagi memang dengan niat yang baik, tentunya semua akan terasa lebih mudah dan menyenangkan. Secara teknis, mengawali belajar ilmu silat adalah diajarkannya prinsip dan nilai luhur silat. Masing-masing pengajar ilmu silat pasti akan memberikan hal tersebut terlebih dahulu agar murid-murid yang belajar nantinya benar-benar punya tujuan yang baik.

Dari memperkenalkan dan memberi pengantar tentang silat, kita akan mulai diajarkan teknik-teknik yang mendasar dari geakan-gerakan yang sederhana. Dalam istilah ilmu silat, sering kita kenal dengan istilah jurus-jurus silat. Pengajar silat mengajarkan kita dari jurus-jurus yang mudah dulu. Itupun kita harus mantap dulu pada suatu tingkatan, baru bisa melanjutkan ke tahap berikutnya. Dari situlah sebenarnya secara tidak langsung, kita sudah dilatih dan belajar untuk mengendalikan diri. Kenapa? Coba kita berpikir sejenak. Yang namanya belajar, pastinya butuh waktu. Butuh kesabaran untuk melakukan segalanya hingga benar-benar bisa dan berhasil. Belajar ilmu bela diri, dalam hal ini belajar silat, tentunya perlu rutinitas yang teratur dan disiplin. Kita berlatih, tentunya tidak mungkin langsung bisa, terlebih lagi jika kita memang benar-benar baru pertama kali mengikuti pembelajaran ilmu bela diri silat.

Hari pertama kita akan dikenalkan dengan dunia silat secara umum. Selanjutnya kita mulai diajarkan jurus-jurus. Memukul, menandang ataupun bertahan. Hari berikutnya, jika kita masih belum mampu menguasai yang diajarkan, maka akan terus dilatih berulang-ulang hingga kita bisa. Di situlah letak pengandalian diri kita dibentuk. Kesabaran kita diuji, emosi dan egois kita yang ingin cepat bisa juga diuji. Tidak semua orang akan tahan dengan rutinitas yang sama dan monoton. Ketika kita belajar silat dan harus mengulangi jurus-jurus yang sama karena kita memang belum mahir hingga beberapa kali latihan, pastinya ada perasaan bosan. Kadang kalau sudah suntuk, pastinya jadi kesal, marah, protes bahkan berhenti belajar. Namun, orang yang benar-benar tekun dan mengerti makna belajar ilmu bela diri, dalam hal ini silat, pasti akan memilih sabar dan tetap berlatih. Berusaha sabar inilah yang mengajarkan kita mengandalikan diri. Kita akan terlatih untuk tetap fokus, mengendalikan egois kita yang ingin segera jadi hebat tanpa menghiraukan proses belajar yang sebenarnya.

Ketika kita terus berlatih dan berlatih tanpa ada perasaan yang emosional, silat akan menjadi menyenangkan. Dengan pikiran tenang dan hati yang bersih, silat akan membantu kita menjadi kuat secara fisik dan mental. Walaupun belajar silat prosesnya panjang, jika direnungi dengan baik maka proses itulah yang mengajarkan kita banyak hal.

Selain kesabaran dalam mempelajarinya, dalam silat kita juga diajarkan untuk bertarung dengan hati yang bersih. Jadi, terhadap lawan pun harus mengasihi. Lagi-lagi pelajaran pengendalian diri kita dapatkan disini. Ketika kita sudah mampu menguasai jurus-jurus hebat silat, kita selalu diingatkan oleh pengajar supaya tidak sombong dan tidak pamer sehingga terkesan sok jagoan. Ilmu silat kita dapatkan hendaknya di gunakan dengan bijak. Ketika berkelahi, kebanyakan orang pastinya menganggap lawan adalah satu-satunya yang menjadi fokus. Bagi orang yang mengandalkan emosi, dalam pikiran yang ada hanyalah keinginan untuk mengalahkan lawan, menumbangkannya dan akhirnya kita menang mutlak. Kebanyakan kejadian seperti itulah yang kita ketahui kalau sedang terjadi perkelahian. Silat memang mengajarkan kita untuk melindungi diri. Kita dibekali dengan jurus-jurus untuk bertahan bahkan melawan orang-orang jahat. Tapi, ilmu silat juga mengajarkan kita untuk menghadapi perkelahian dengan tenang. Pastinya pangajar silat yang baik akan mengajarkan muridnya untuk tetap berpikir bijak dalam menghadapi masalah atau situasi buruk apapun yang ada di depan mata.

Dengan terbiasa belajar ilmu bela diri, dalam hal ini silat, kita tidak akan gegabah langsung berkelahi dengan musuh. Kita diajar untuk sabar, berbicara dengan kepala dingin karena siapa tahu situasi yang buruk tersebut dapat terselesaikan dengan baik. Bahkan, bisa saja perkelahian tidak akan terjadi. Jurus-jurus silat yang diajarkan pada kita tentunya harus digunakan jika memang dalam keadaan yang sangat terdesak. Ilmu bela diri, termasuk silat, pastinya mengajarkan kita untuk bisa mengendalikan emosi kita ketika sedang ada dalam situasi perkelahian. Kalau masih bisa dibicarakan baik-baik, tentunya tidak perlu sampai harus berkelahi. Kalau pun terpaksa berkelahi, kita yang seandainya sudah belajar silat, pastinya akan bertarung seperluny. Dalam hal ini bertarung bukan untuk mengalahkan lawan tapi menyadarkan lawan. Tidak ada gunanya kekerasan.

Bisa kita ketahui dengan jelas bahwa belajar ilmu bela diri, dalam hal ini belajar silat, berarti kita juga belajar untuk mengendalikan diri. Kita jadi terbantu untuk mengahadapi situasi apapun dengan pikiran tenang dan tidak hanya mengikuti emosi dan nafsu kita. Terkait dengan peran kita di dalam kehidupan, baik sebagai individu maupun manusia yang punya hubungan dengan lingkungan sekitar kita, belajar ilmu silat juga sangat membantu untuk menjadikan kita sebagai pribadi yang baik. Misalnya, jika kita sebagai pelajar. Bisa dibayangkan bagaimana dunia pelajar sekarang ini. Energik dan dinamis. Banyak hal yang dilalui. Mulai dari kegiatan rutin belajar di sekolah yang terkadang membuat jenuh otak. Belum lagi pergaulan yang ada. Kadang bisa banyak memiliki teman, tapi kadang selisih paham bisa terjadi hanya karena lonjakan emosi dan diri yang labil. Kalau sudah begitu, yang namanya saling bertengkar ataupun saling menyalahkan pasti mudah sekali terjadi. Untuk melewati itu semua, alangkah baiknya jika kita mengikuti kegiatan-kegiatan yang dapat membantu dan melatih diri kita agar lebih sabar. Berlatih silat tentunya bisa dijadikan salah satu pilihan.

Belajar silat bisa diikuti oleh semua kalangan. Bahkan orang dewasa yang punya tingkat stres lebih tinggi dari pada pelajar, seperti yang dicontohkan sebelumnya, sangatlah baik jika mau berlatih silat. Dunia kerja pastinya lebih keras. Atasan yang menyebalkan ataupun rekanan kerja yang kadang tidak sejalan, semua itu adalah hal yang sering terjadi di dunia kerja saat ini. Untuk melewati itu semua, tentunya perlu kegiatan yang dapat membentuk pribadi kita menjadi pribadi yang bijak. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, dengan belajar silat tidak hanya untuk melindungi diri, tapi juga kita diajarkan untuk lebih bisa menahan emosi. Sehingga serumit atau seberat apapun suatu keadaan, kita akan tenang menghadapinya.

Dari uraian-uraian yang sudah terpaparkan, jelas menunjukkan bahwa silat tidak hanya sekedar pukulan, tendangan, pertahanan, ataupun jurus-jurus hebat. Ada yang lebih penting dan lebih bermakna dari itu. Belajar silat berarti kita juga belajar untuk mengendalikan diri kita sendiri. Belajar silat berarti mengajarkan kita juga untuk tidak egois dan harus bisa mengendalikan emosi. Jadi, jangan pikir belajar silat hanya untuk menjadi jagoan hebat, tapi juga menjadi jagoan yang bijaksana.