Selasa, 25 Oktober 2016

Menabur Benih Pendekar Muda (r)




detikbeksiSejumlah ilmu beladiri, seperti karate, judo, taekwondo, sudah menjadi kegiatan ekstrakulikuler baik di SD, SMP dan SMU di Jakarta. Pencak silat yang merupakan kebudayaan bangsa sendiri, juga ikut menjadi kegiatan eskul. Namun rupanya, tidak semua jenis pencak silat mantap bertahan. Silat Betawi seperti Beksi, rupanya agak terseok-seok untuk maju.

"Hambatan pencak silat, seperti Beksi (pencak silat khas Jakarta) ini, kurangnya manajemen organisasi dengan baik, belum lagi soal dana," kata Ketua Umum Perguruan Pencak Silat (PPS) Beksi H Hasbullah, Haji Basyir, dalam obrolannya bersama detikcom di kediaman dan padepokannya di Jl KPBD, Kampung Baru, Kebayoran Lama, Jakarta Selatan, Selasa (25/5/2010).

Pencak silat Beksi, lanjut Basyir, saat ini baru diajarkan di tiga sekolah, yaitu di Putra Satria, Maambaul Ulum dan SMUN 90 Petukangan, Jakarta Selatan. Beksi diharapkan bisa memasuki semua sekolah di DKI Jakarta, karena merupakan bagian dari kebudayaan Betawi.

"Tidak tertutup kemungkinan kita bisa mengajak Dinas Pendidikan agar ini dijadikan kurikulum. Tapi kita harus berbentuk lembaga hukum, seperti yayasan. Ini sedang kita rintis," terangnya.

Basyir mengakui anak muda memang kurang berminat mempelajari silat Beksi. Apalagi di Jakarta, banyak ilmu beladiri luar negeri yang baru masuk dan dianggap lebih modern misalnya saja Capoeira dari Brazil. Para guru silat Beksi pun melakukan sejumlah modifikasi dengan membuat formasi jurus, agar silat Beksi lebih mudah dipelajari.

"Kalau orang sudah tahu kegunaan atau makna jurus itu, akan lebih tertarik. Orang Swedia saja ada yang belajar, karena tekniknya tidak kalah dengan Aikido dan Jujitsu. Jurus kunciannya mematikan juga," tegasnya.

Silat Beksi adalah hasil akulturasi budaya Betawi dan China. Dahulu, penciptanya adalah Lie Cheng Oek, warga keturunan China dari Kampung Dadap, Tangerang Banten. Silat Beksi kini sudah diajarkan sekitar empat generasi, termasuk salah satu cabangnya, silat Beksi Haji Hasbullah yang merupakan murid Lie Cheng Oek. Para murid silat Beksi mencoba membangun komunikasi terutama dengan generasi tua, namun itu bukan perkara gampang.

"Orang Betawi kan adatnya, siapa elu mau ajak-ajak gue?" kata Basyir.

Basyir mengakui, orang mulai tertarik belajar silat Beksi karena ketokohan guru besar PPS Beksi H Hasbullah yang menampilkan silat Beksi dalam film 'Darah Muda' yang dibintangi Rhoma Irama. "Belum lagi adanya film Si Pitung, termasuk sinetronya di televisi, itu ada pengaruhnya juga," kata Basyir yang saat ini berprofesi sebagai pedagang di Pasar Tanah Abang, Jakarta Pusat itu.

Sementara, Koordinator Pelatih PPS Beksi H Hasbullah, Endang (42) juga menambahkan, saat ini pihaknya tengah mengajukan sejumlah proposal kepada seluruh sekolah yang ada di DKI Jakarta. Isinya antara lain, mengajukan agar silat Beksi bisa mendapatkan tempat sebagai pelajaran tambahan.

"Beksi, atau silat lainnya sebenarnya bisa menjadi media dakwah, pembinaan mental. Bukan berarti belajar silat, itu siswa diajarkan berantem, tawuran. Justru sebaliknya, bagaimana mengendalikan emosi dan mental. Silat itu olahraga dan seni juga," terangnya.

BELABAR: SILAT CIKAK KALIMA BENGKULU



20110524-belabar-01Belabar adalah sebutan untuk tempat latihan silat di perguruan Silat Cikak Bengkulu.
Ada dua jenis belabar, yaitu belabar besar dan belabar kecil.
Belabar besar biasanya dipakai untuk latihan secara massal. Jika untuk latihan bertarung ambilan serangan dilakukan dari jauh.


20110524-belabar-02

Sedangkan belabar kecil dipakai untuk menguji seorang murid. Murid yang akan diuji dimasukkan kr dalam belabar kecil untuk untuk kemudian� dihadapkan dengan lawan. Lawan biasannya senior maupun guru. Dalam belabar kecil seorang murid yang diuji harus mampu menghadapi serangan lawan, baik serangan tangan kosong maupun senjata. Dalam belabar kecil yang luasnya cuma 1 meter X 1,5 meter ini seorang murid harus mampu menangkap dan mengunci lawan.

Prosesi dalam belabar kecil ini sering diistilahkan dengan mutus. Dari sinilah seorang murid ditentukan apakah dia layak mengajar/ membuka perguruan atau cuma menjadi assisten guru, atau bahkan mengulang latihan lagi. Ketetapan ini ditentukan oleh guru besar.

20110524-belabar-03

Yang menarik adalah, sebelum� masuk dalam belabar kecil, seorang murid harus melewati ritual.
Langiran namanya. Murid yang akan melaksanakan ujian diantar oleh seniornya menuju belabar kecil. Kemudian murid dihadapka ke ketua belabar. Oleh ketua belabar murid� dilangir, dengan cara membasuh tangan, kaki, dan muka dengan air yang sudah di kasih ramuan. Ramuan berupa jeruk nipis, daun sedingin, daun setawar. Semua bahan itu di taruh didalam mangkuk atau belantan putih.

Tujuan dari langiran adalah sebagai sarana memanjatkan doa kepada Tuhan Yang Maha Esa agar diberikan kelancaran selama prosesi di dala belabar kecil.

Senin, 24 Oktober 2016

Silat Beksi - H. Hasbullah, Berbakti dengan Pukulan Besi



BEKSI (H. Hasbullah)

Berbakti dengan Pukulan Besi. Sebuah pukulan meluncur deras ke arah mukanya, tapi lelaki itu dengan gesit memutar bahunya. Menghindar. Lalu giliran kepalan tangannya yang mendarat di wajah lawan. Cepat. Keras bak besi.

Beksi emang ngandelin power dan kecepetan tangan, ujar H Basyir Bustomi, 38 tahun, dengan logat Betawi yang kental. Basyir adalah ketua perguruan silat Betawi, Beksi Haji Hasbullah.

Ditahbiskannya nama sang guru ada ceritanya. dikisahkan, guru besar asal bela diri ini justru seorang keturunan Tionghoa bernama Lie Ceng Oek. Ia tinggal di Kampung Dadap, Tangerang.

Lie memiliki seorang pegawai bernama Ki Marhali. Ketika itu, Marhali kerap melihat tuannya berlatih kungfu. Lantas ia mencoba gerakan-gerakan sang tuan. Lie, yang melihat Marhali memiliki bakat, lantas mengajarinya.

Suatu waktu Marhali bertemu dengan H. Ghozali dari Petukangan, Jakarta Selatan. Ghozali, yang mendengar Marhali seorang ahli ilmu bela diri, lantas menjajalnya. Marhali menang. Ghozali dan keponakannya, H. Hasbullah, akhirnya belajar ilmu bela diri baru ini.

Selain Hasbullah, Ghozali juga memiliki dua murid lainnya. Maka jadilah tiga perguruan Beksi yang ada sekarang dengan menasbihkan nama gurunya masing-masing: H. Hasbullah,
Engkong Nur
dan Engkong Simin.

Kami masih sering bertemu dan bersilaturahmi. Terakhir kami mengadakan festival dan Beksi H. Hasbullah keluar sebagai juara, kata Basyir, sambil menunjuk piala bergilir di ruang tamu rumahnya.

H. Hasbullah (1896-1989) mengembangkan ilmunya, terutama di Petukangan, Kebayoran Lama, Ulujami, dan Pondok Aren. Murid-muridnya lantas mengembangkannya hingga ke lima wilayah Jakarta.

Beksi sendiri sebenarnya berasal dari bahasa Cina, Bie Sie. Bie artinya pertahanan dan Sie artinya empat. Maknanya, pertahanan empat penjuru. Dalam lidah Betawi, akhirnya menjadi Beksi. Oleh Hasbullah, lantas diberi makna baru: Berbaktilah Engkau Kepada Sesama Insan.

Ciri khas Beksi adalah pukulan kepalan terbalik dengan sisi lengan dalam menghadap ke atas. Pukulan ini harus dilakukan dengan mengerahkan tenaga. Ketika menyerang, tulang buhul jari menjadi ujung pukulan. Jadi pukulan kite ada matanye, kata Basyir.

Pukulan kepalan terbalik ini dibarengi dengan goleng atau gerak bahu untuk meningkatkan kekuatan pukulan. Selain tentu menambah jangkauan tangan, ujarnya.

Selain itu, pukulan sikut menjadi ciri khas Beksi, lagi-lagi dengan landasan tenaga. Bertarung dengan jarak rapat, lawan dijamin babak belur. Siapa berani mencoba?

Penulis : Amal ihsan

Beksi, Sebuah Fenomena Warisan Budaya Tanah Betawi



SEJARAH SILAT BEKSI TRADISIONAL H. HASBULLAH
� Sebuah Fenomena Warisan Budaya Tanah Betawi �

Salah satu jenis silat betawi yg terus berkembang sampai saat ini adalah BEKSI, secara bahasa BEKSI berasal dari kata BEK yg berarti Pertahanan (belanda) dan SI yg berarti Empat (Cina), jadi BEKSI itu maksudnya adalah Pertahanan dari Empat penjuru, atau BEKSI juga adalah singkatan yang dapat di artikan � Berbaktilah Engkau Kepada Seruan Ilahi �, sebagai seruan aplikasi perbuatan baik yang wajib di jalani setelah seseorang belajar Beksi.



BEKSI pada awalnya dibawa oleh lelaki petani keturunan cina yg hidup dan tinggal di daerah Dadap Tanggerang sekitar tahun 1928, lelaki itu bernama LIE CHENG OK, yang juga mahir mengajarkan beladiri (Beksi) kepada anak-anaknya, Suatu waktu dia bersengketa dengan petani pribumi yang juga jago silat, soal saluran air sawah, duel pun tak terhindarkan, namun sebelumnya mereka membuat perjanjian �Siapa yang kalah harus berguru kepada si pemenang�, kemudian Lie Cheng Ok menang, tapi si petani merasa sudah terlalu renta tuk belajar lagi, maka disuruhlah anaknya yg bernama MARHALI tuk berguru Beksi kpd Lie Ceng Ok, Marhali pun belajar hingga mahir menggunakan ilmu silat yg khas menggunakan kepalan terbalik ini.

Suatu saat Marhali bertemu dengan H. GHOZALI (H.Zali) dari petukangan yg tengah ngamen seni rebana ke daerah Dadap, H. Zali lalu menjajal ilmu Marhali sampai kemudian ikut belajar hingga selesai 12 jurus dan membawanya pulang ke Petukangan (Kebayoran), disini ada H. HASBULLAH (Kong Has) yang walau sudah banyak memiliki ilmu silat, namun beliau masih haus juga tuk belajar Beksi dari H. Zali dan terus berusaha utk menguasainya, Kong Has tidak hanya belajar Beksi kepada H. Zali tapi setelah beliau selesai belajar pada H. Zali beliau meneruskan lagi dengan belajar kepada Marhali dan meneruskan lagi belajar dan menyelesaikan serta menyempurnakannya langsung pada Lie Cheng Ok, jadi beliau termasuk orang yg belajar Beksi secara komplit, baik secara urutan guru maupun jurus, Kemudian hasilnya setelah 60 tahun mendalami beliau berhasil menguasai 12 jurus di tambah beberapa pengembangan sendiri ( Jurus ciptaan beliau sendiri ) tanpa mengurangi atau menambah jurus asli.

Di tangan Kong Has perkembangan Beksi kian populer, Bahkan pada tahun 1975 beberapa kali Beksi menjadi finalis juara dalam event Lomba Tarung Bebas di Cileduk, Tanggerang dan Bandung, dan karena menang di bandung juga Alm. Kong Has diajak main film, beliau berperan sebagai Guru Silat dari Rhoma Irama dalam film �DARAH MUDA�, Kong H. Hasbullah bin H. Misin wafat pada kisaran usia 126 tahun ( tertulis di batu nisannya, Lahir 1863 � Wafat 14-11-1989 ), dan beliau di makamkan di sebuah TPU di daerah Petukangan jakarta selatan.

Kemudian pada saat ini estafet perkembangan BEKSI TRADISIONAL H. HASBULLAH di pegang oleh SABENUH MASIR ( Babeh Benuh ), yang mendapatkan pusaka amanat dari guru sekaligus mertuanya Alm. H. Hasbullah tuk melanjutkan, menjaga serta mengembangkan Beksi ini agar di bawa dengan tujuan dan cara yg baik, Babeh Benuh juga telah di nobatkan sebagai Guru Besar Beksi oleh tokoh silat indonesia yang juga Presiden Silat Dunia yaitu Bpk.H. EDI NALAPRAYA.

Babeh Benuh setelah selama lebih dari 40 tahun mendalami Beksi, telah juga berhasil mengembangkan beberapa jurus baru, bahkan beliau juga telah membukukan jurus-jurus Beksi dan membuatnya dalam bentuk VCD agar Beksi lebih mudah di pelajari oleh generasi selanjutnya.

Secara organisasi, Perguruan Silat Beksi Tradisional H. Hasbullah sekarang di pimpin oleh MUHALI YAHYA (Bang Ali), yang di bawah pimpinannya Beksi sudah tersebar di lebih dari 23 kolat di beberapa wilayah jakarta, beliau juga sangat aktif membawa Beksi menjalin silaturrahmi dengan perguruan- perguruan silat lain, baik dalam ajang FORUM PECINTA & PELESTARI SILAT TRADISIONAL INDONESIA maupun lewat media internet, yaitu via jejaring sosial Facebook dan Youtube dengan nama akun, beksi_tradisional@yahoo.com �.

Dan dalam perjalanannya saat ini, Beksi Tradisional H. Hasbullah juga mulai memperkenalkan diri ke generasi muda lewat kegiatan Ekstra Kurikuler di sekolah dan juga lewat media layar kaca, baru-baru ini Beksi Tradisional H. Hasbullah diberikan kesempatan tuk terlibat secara langsung baik dalam ide cerita, pemain serta pengatur laga dalam FTV � SILAT BOY 1 � 4� di TransTV.

Kami juga terus berusaha menjaga keTradisional�an Beksi kami ini sebagai sebuah warisan budaya, dalam bentuk diantaranya, Selain terus melestarikan budaya Palang Pintu dengan iringan pembacaan sholawat atas Nabi Muhammad SAW saat akan berlangsungnya sebuah acara pernikahan atau kedatangan tamu kehormatan di kalangan orang betawi, kami juga terus menerus menanamkan dan mengajarkan filosofi bahwa silat itu haruslah �nge�Deres( belajar ) dan nge�Jurus ( latihan ) , Golok (Silat) haruslah berSarung( Ngaji), norma2 agama juga selalu di taushiyahkan pada saat sebelum dan sesudah latihan, serta kegiatan Selametan dan santunan anak yatim yang di selenggarakan secara rutin setiap 6 bulan sekali dan juga pada tiap prosesi urut dan pemandian saat kenaikan jurus sebagai ungkapan rasa syukur atas semua anugrah dari Ilahi kepada kami.

Dengan metode pendekatan secara personal dan kekeluargaan, para guru kami mengajarkan dan menerapkan etika dan adab dalam perguruan maupun dalam kehidupan keluarga dan bermasyarakat secara umum, hingga diharapkan nantinya para Beksier dapat menjadi figur yang tangguh secara fisik serta mantap secara moral dan spiritual, juga bisa bermanfaat dan membawa kedamaian tuk dirinya sendiri dan masyarakat sekitarnya dimanapun dia berada.


BEKSI : MAEN PUKULAN BETAWI



(Disarikan dari buku karangan Yahya Saputra dan Irwan Sjafi�ie �Beksi, Maen Pukulan Khas Betawi�, diterbitkan oleh penerbit Gunung Jati,Jakarta 2002)



BEKSI : MAEN PUKULAN BETAWI


1. Asal Usul Beksi
Seni budaya beladiri yang oleh orang betawi disebut maen pukulan Beksi lahir dari kemampuan orang terpilih yang tiada hentinya melatih kepekaan inderawi, mengolah kelebihan atau kelenturan anatomi tubuh dan belajar sebanyak mungkin dari pertanda alam seperti riak sungai, hembusan angin, gerak dan laku macan, monyet, kelabang, belalang,dst (hal 19). Menurut buku ini, asal usul beksi ada beberapa versi.

1. Versi pertama. Versi ini dikisahkan oleh seorang sesepuh Beksi: H Atang Lenong (usia 84 tahun �ketika wawancara tahun 2001). Beksi mulai muncul ke permukaan dalam kurun pertengahan abad 19 sekitar tahun 1850-1860-an. Pada masa ini ada seorang tuan tanah di daerah tangerang bernama Gow Hok Boen yang tinggal di kampung kosambi. Tuan tanah ini kebetulan gemar akan beladiri dan menguasai ilmu kuntao atau kungfu. Orang local tangerang mengenal Gow Hok Boen sebagai Tuan tanah kedaung. Sebagai tuan tanah, Tuan Gow punya sekian banyak centeng untuk membantunya. Kepala centengnya bernama Ki Kenong yang memiliki ilmu beladiri yang tinggi dan dicampur dengan ulmu sihir yang dahsyat. Tertarik dengan beladiri, Tuan tanah ini mengadakan sayembara untuk mencari jagoan yang lebih hebat dari kepala centengnya dan mendapat kedudukan menggantikan jabatan sebagai kepala centeng. Maka setiap malam minggu diadakan pibu alias duel dengan banyak jagoan yang mau mengadu ilmu dan keberuntungan dengan melawan Ki Kenong. Namun dari sekian banyak penantangnya belum ada satunpun yang berhasil mengalahkan Ki Kenong. Tersebutlah ada seorang tukang singkong rebus (disebut ancemon atau singkong urap) bernama Pak Jidan yang setiap malam menjual singkong di tengah keramaian pertunjukan duel ini. Pak Jidan mengambil singkong dari hutan dekat tempat tinggalnya dan singkong tersebut tidak habis-habis dan seperti ada yang memelihara, namun karena di hutan Pak Jidan tidak ambil pusing. Suatu sore, ketika pak Jidan beristirahat di rumahnya dia didatangi oleh soerang pemuda yang protes karena singkong yang dia tanam dan pelihara di hutan diambil oleh pak jidan. Karena tidak tahu pak Jidan pun minta maaf. Melihat keluguan dan kekjujuran pak Jidan serta hidupnya yang miskin, orang misterius itu menawarkan untuk membantu pak Jidan dengan memberi pelajaran maen pukulan, tidak peduli waktu itu pak jidan sudah berumur sekitar 60-an. Singkat kata, Pak jidan menerima pelajaran maen pukulan sebanyak 8 jurus dan tiga atau empat lagi belum diajarkan, yang akan diajarkan oleh orang lain. Sebelum pergi orang misterius itu minta kemenyan dan berpesan bahwa dia bisa dipanggil jika pak jidan memerlukan dengan membakar kemenyan dan membaca mantra. Ketika orang itu epergi, Pak Jidan melihat ekor macan tersembul dari balik jubahnya danjuga tengkuknya terlihat loreng-loreng seperti layaknya kulit harimau. Pak jidan pun terkejut dan maklum bahwa dia dikunjungi dan diajari maen pukulan oleh Ki Belang atau Siluman Macan Putih. Malam selanjutnya, pak Jidan berjualan seperti bias adi tengah pentas duel. Disebabkan karena jengkel dengan jagoan-jagoan yang tidak bayar sewaktu makan singkong daganganya, PaK Jidan menedang keranjang dagangannya dan melayang masuk ke tengah gelanggang. Tuan tanah Gow pun marah dan menyuruh orang menyeret Pak Jidan e tengah arena dan memaksanya bertarung dengan Ki Kenong. Di luar dugaan, Pak Jidan mampu mengalahkan di Kenong dengan ilmu yang diajarkan oleh Ki Belang itu. Menurut legenda, dengan jurus baroneng Pak Jidan melumpuhkan ilmu Ki Kenong yang terkenal dengan �pukulan tangan berapi�. Ketika ditanya oleh Tuan Gow tentang ilmu yang dipakai oleh Pak Jidan, dia tidak tahu apa namanya. Lalu tuan Gow Hok Boen menyebutnya Beksi artinya pertahanan empat mata angin. Sejak itu terkenallah Pak Jidan�yang diangkat sebagai kepala pengawal keamanan-- dengan ilmu beksinya.

2. Versi kedua diceritakan oleh H Mahtun (lahir di petukangan 1945). Alkisah di kampung bagian timur tangerang hiduplah seorang laki-laki yang mahir beladiri bernama Raja Bulu berusia sekitar 63 tahun yang hidup berdua dengan anaknya yang gagu (bisu), istrinya sudah meninggal dunia. Kehidupan Raja Bulu berkecukupan dengan pekerjaan mengajar silat dari kampong ke kampong. Si anak sendiri tidak mau belajar silat pada bapaknya. Suatu ketika Raja bulu bertanya pada anaknya mengapa dia tidak mau belajar maen pukulan. Dan jawabannya sungguh mengejutkan: karena di anak belum tentu kalah dalam sambut-pukul dengan Raja Bulu. Si ayah lalu mengetes dan terjadilah pertarungan dan menjadi keteter atau kewalahan menghadapi ilmu anak bisu. Akhirnya si anak mengaku bawah selama ini dia belajar maen pukulan di hutan dan dilatih oleh siluman mcan putih. Karena belum ada nama, Raja bulu menyebut ilmu yang dikuasai oleh anaknya : Beksi: sebab seperti segi empat dengan empat arah . Sejak itu Raja Bulu pun belajar pada anaknya dan ilmu ini pun diajarkan ke murid-muridnya.demikian beksi pun berkembang.


Dalam perkembangan selanjutnya para pendekar Beksi memberi banyak makna pada ilmu maenpukulan ini. Ada yang menartikannya BEKSI= Bserbaktilah Engkau pada Sesama Insan ....
Asal usul di atas merupakan folklore, ceira rakyat berisi legenda yang didalamnya terdapat kenyataan dan juga legenda.


2. Tokoh-tokoh Beksi
Hampir semua aliran beksi mengakui bahwa yang mengajarkan pertama-tama ilmu beksi adalah Ki Kidan ( Ki Iban) dan atau Raja Bulu.
Lebih lanjut inilah para tokohnya berdasarkan generasi:



  • Generasi I : Raja Bulu dan Ki Jidan (Ki Iban)


  • Generasi II : Ki Lie Cengk Ok, Ki Tempang, Ki Muna, Ki Dalang Ji�ah


  • Generasi III :Kong Marhali, Nyi Mas Melati, Kong Godjalih


  • Generasi IV : Kong H Hsabullah, Kong HM Nur, Kong Simin, Minggu, Salam Kalut, H Mansyur, Muhammad Bopeng


  • Generasi V : Tonganih, Dimroh, HM Yusuf, HM Nuh, Sidik, H Namat, H Syahro, Mandor Simin, Umar


  • Generasi VI :H Machtum, Tong tirih, H Dani, Udin Sakor, Soleh, Tholib/syaiful, dll


  • Generasi VII : Abdul Aziz, Abdul Malik, HA Yani, Mftah, Nasrullah, dll

Ki Iban/Raja Bulu memiliki murid yaitu : Ki Lie Cengk Ok, Ki Tempang, Ki Muna, Ki Dalang Ji�ah
Yang belajar pada atau menjadi murid dari Ki Ceng Ok yaitu : Kong Godjalih, Kong Marhali. Sedangkan Nyimas Melati berguru pada Ki Dalang Ji�ah.
Para murud dari Ki Ceng Ok terus menerus menyebarkan Beksi hingg ke Jakarta dan tempat lain. Mereka dikenal denga sebutan Beksi empat serangkai yakni : Kong Jali, Kong Has, Kong Nur dan Kong Simin.


3. Jurus-jurus dan belajar Beksi
Jurus-jurus Beksi terkenal dengan keras, cepat, ringkas danemngarah pada tempat-temapt yang mematikan pada tubuh. Sebelum mempelajari jurus, murid biasanya mengikuti syarat penerimaan siswa yang disebut rosulan atau ngerosul; berupa tawasul disertai zikir tahlil memanjatkan doa Pada Allah agar dalam mempelajari beksi diberi keridlaan, kekuatan, ketabahan dan kesabaran.
Dalam permaian jurus, ada banyak melakukan gedi (hentakan kaki ke lantai) dan gerakan tangan yang sangat cepat. Oleh sebab itu dianjrukan untuk melotot dan tidak berkedip dalam melihat gerak lawan.
Cara belajar �mengajar beksi :


1. Diperkenalkan jurus. Murid menirukan disebut juga : asal tau jalan
2. Tuntun. Latihan gerak bela yang dituntun oleh guru dengan teknik dan aplikasi jurus
3. Sambut. Murid tanding dengansesama murid atau guru dengan menggunakan jurus.


Secara fundamental ada 12 jurus dalam beksi dibeberapa tempat disebut dengan nama yang berbeda.
Berikut nama-nama jurus beksi berdasarkan wilayahnya:



DAERAH I


1. Jurus Beksi
2. Jurus Gedig
3. Jurus Tancep
4. Jurus Cauk
5. Jurus Broneng
6. Jurus Bandut
7. Jurus Beksi Satu
8. Jurus Silem
9. Jurus lokbe
10. Jurus Bolang Baling
11. Jurus Janda Berias
12. Jurus Panca Lima


DAERAH I I
1. Jurus Beksi
2. Jurus Gedig
3. Jurus Tancep
4. Jurus Ganden
5. Jurus Bandut/bandul
6. Jurus Broneng
7. Jurus Tingkes
8. Jurus Rusia Pecah Tiga
9. Jurus Bolang Baling
10. Jurus Gebal
11. Jurus Kebut
12. Jurus Petir
DAERAH III


1. Jurus Beksi
2. .Jurus Gedig
3. .Jurus Tancep
4. .Jurus Ganden
5. .Jurus Bandut/bandul
6. .Jurus Broneng
7. .Jurus Tingkes
8. .Jurus timpug
9. .Jurus Kebut
10. .Jurus Tiga
11. .Jurus Galang Tiga
12. .Jurus Galang Lima


DAERAH IV


1. Jurus Beksi
2. .Jurus Gedig
3. .Jurus Tancep
4. .Jurus Ganden
5. .Jurus Kebut
6. .Jurus Broneng
7. .Jurus Beksi Satu
8. .Jurus Ganden Susun
9. .Jurus Tingkes
10. .Jurus Silem
11. Jurus Timpug
12. Jurus Tunjang/Petir

Pelajaran senjata juga diberikan yaitu ilmu golok yang terdiri dari dua jurus yaitu jurus golok satu dan dua. Jurus golok satu dipecah lagi jadi jurus satu hingga jurus tujuh. Sedangkan jurus golok dua dipecah menjadi 2 jurus yaitu jurus satu dan dua.
Kombinasi jurus baik tangan kosong maupun golok sangat sanagt penting dalam beksi sehingga bisa bercipata berbagai jurus lagi misalnya : Jurus bandut tepuok, jurus bandut galang, dll.
� Lu jual gue beli�
�Lu jangan amen pukul aje, maen hakin sendiri. Pakelah ilmu padi, mangkin berisi mangkin merunduk�
(Jakarta 15 Juni, 2005, IS)


Betawie, 13 Oktober 2010.
Di tulis ma' Bang Ozan.
Narasumber : Babeh Sabenuh Masir, Bang Muhali Yahya.


dikutip dari:
Facebook Beksi Tradisional Haji Hasbullah
http://www.facebook.com/note.php?note_id=440197832778

referensi lain:
beksi-tradisional.blogspot.com

Silat Banten Aliran Bandrong



Bandrong, Si Ikan Sakti


Pernah lihat Ikan Sakti beraksi membanting manusia? Ada di Padepokan Pencak Silat, taman Mini Indonesia Indah, tanggal 21 Juni 2008 di Hall terbuka. Tentu saja Ikan Sakti alias bandrong adalah nama aliran pencak silat yang dimainkan oleh para pendekar yang datang langsung dari pedepokan Karang Tunggal, Desa Bojonegara, Serang, Banten. Tidak tanggung-tanggung, rombongan pesilat bandrong ini berjumlah tidak kurang dari 30 orang, satu bis penuh. Mereka datang memang atas undangan Forum Pecinta dan Pelestari Pencak Silat Tradisional (Komunitas Sahabat Silat) untuk mengisi acara rutin �Diskusi Sahabt Silat� untuk mengangkat dan mengenalkan kembali pencak silat pada kaum muda Indonesia.



Yang datang tidak hanya para praktisi silat bandrong saja, tapi lengkap dengan musik pengiringya yang disebut petingtung. Sebuah musik khas Banten yang unik dengan terompet dan kendang besar dan kecil, gong beberapa buah dan sebuah gong unik yang suaranya didapat dari gema yang dipantulkan ke dalam semacam tong kecil yang disemen namun berongga ditengahnya. Itulah Petingtung.


Tentu sja hal ini ditanggapi dengan semangat oleh komunitas Sahabat Silat. Tidak kurang dari 70 orang mendatangi diskusi terbuka ini. Sebagian dari mereka bahkan membawa keluarganya berikut anak-anaknya, para istri atau teman-teman lainnya..


Acara diskusi dibuka oleh MC yaitu Kang Kiki dan dilanjutkan oleh moderator yang bersuara meyejukkan jiwa yaitu Bang Rasyid alias Ochid. Ketua dan sesepuh rombongan Bandrong kemudian memperkenalkan satu demi satu per anggota rombongannya; yang sangat bervariasi mulai dari anak-anak hingga kakek gaek berusia di atas 70 tahun (tapi jangan tanya kemampuan silatnya!).


Pemaparan sejarah singkat dilakukan oleh Team Bandrong (Bpk Haji Satibi dan Bpk Astare) mengenai aliran unik ini. Bandrong ternyata adalah nama ikan yang biasa terdapat di daerah Banten. Dengan karakter yang khas, gerak pencak ini banyak diilhami �minimal dalam penamaannya�oleh si ikan yang memiliki gigi bergerigi dan panjang serta bisa terbang dari dalam laut ke udara.


Seperti dituiskan oleh Nasrudin dalam makalahnya �Sejarah Singkat Pencak Silat Bandrong�� :


Bandrong diambil dari nama jenis ikan terbang yang sangat gesit dan dapat melompat tinggi, jauh, atau dapat menyerang kerang dengan moncongnya yang sangat panjang dan bergerigi tajam sekali, sehingga ia merupakan ikan yang sangat berbahaya, sekali serang dapat membinasakan musuhnya. Ki Patih Jaga laut atau patih yang selalu melanglang buana menjaga laut, sangat menyukai dan sering memperhatikan ikan tangkas gesit ini dan juga jangkauan lompatan jarak jauhnya dan hal itu benar � benar mempesonanya. Sehingga akhirnya beliau mengambil nama ikan itu untuk memberi nama ilmu ketangkasan beladiri yang dimilikinya dengan nama � PENCAK SILAT BANDRONG� karena tangkas dan gesit serta berbahaya seperti ikan Bandrong


Asal muasalnya, konon dari seorang pendekar pada jaman Sultan Maulana Hasanudin yang menjadi Sultan di Banten ( 1552-1570), yaitu Ki Sarap. Singkat kata, setalah Ki Sarap mengalahkan salah seorang senopati banten yaitu Ki Semar; dengan berbagai kondisi dan pertimbangan, akhirnya Sultan mengangkat Ki Sarap Sebagai senopati dengan Gelar Senopati Nurbaya (Ki Urbaya). Dari ilmu Ki Sarap-lah bandrong bermula. Dalam pelaksanaan tugas sebagai Senopati, Ki Sarap banyak berhadapan dengan para perompak yang beroperasi di sekitar teluk/laut Banten. Karena banyak tugasnya menjaga laut Ki Sarap juga dijuluki : Ki Patih Jaga Laut. Disinilah ilmunya semakin berkembang dan akhirnya diwariskan secara turun termurun di Banten, hingga saat ini.




Menurut Nasrudin (masih dari makalah yang sama) yang juga adalah salah satu Pengurus Perguruan Silat Padepokan Karang Tunggal, Koordinator Bidang Penelitian dan Pengembangan; JURUS DASAR PADA SILAT BANDRONG adalah sebagai berikut :





  1. JURUS PILIS

  2. JURUS CATROK

  3. JURUS TOTOG

  4. JURUS SELIWA

  5. JURUS GEBRAG

  6. JURUS KURUNG


Sedangkan Gerakan dasar langkah silat Bandrong Ada berjumlah 27 buah .


Bandrong dan Petingtung

Tidak lengkap rasanya jika hanya sekedar mendapat keterangan tanpa praktek nyata. Maka acara pun dilanjutkan dengan pertunjukkan jurus. Mulai dari pesilat cilik tampil dengan yakin dan indahnya namun tangkas dan bertenaga menampilkan jurus-jurus bandrong. Jurus bandrong terlihat banyak memiliki karekter tangkapan dengan jangkauan langkah panjang dan serangan tangan yang juga panjang-panjang. Bantingan dengan menangkap kaki lawan, kemudian dilemparkan adalah permainan yang disukai. Banyak sekali aplikasi bantingan yang dimiliki bandrong. Sehingga muncul pameo: �mau minta dibanding telungkup atau terlentang�. Sekilas terlihat persamaan dengan maen pukulan dari betawi yaitu cingkrik.


Kekekhasan lainnya, bandrong banyak lompatan-lompatan dengan jangkauan tangan (pukulan) yang panjang dan langkah kaki lebar-lebar. Sangat kontras dengan aliran silat sunda umumnya yang tangan/lengannya umumnya senantiasa menempel di ketiak atau tidak mau jauh dari badan. Bandrong sangat percaya diri untuk membuka tanganya hingga membentuk sudu 90 derajat dengan tubuhnya. Serangan tanganpun tidak hanya kepalan, tapi juga tusukan dan totokan. Tidak ada tendangan tinggi; satu dua kali terlihat para praktisi mengangkat satu kakinya seprti posisi burung bangau sedang angkat kaki, namun tetap tidak ada tendangan yang spektakuler.


Pada kesempatan ini juga ditampilkan �sambutan� atau permainan jual beli yang merupakan aplikasi dari jurus yang dimainkan oleh dua orang baik tangan kosong maupun menggunakan golok. Terlihat didalamnya apa yang dinamankan : ngebandrong; menutup serangan; colok, gedog dan gendring yang demikian unik dan khas bandrong dari Banten.



Dan tetap saja musiknya yaitu petingtung menjadika semuanya semarak. Sehingga seorang sesepuh dari Cikalong meminta untuk diajari ibingan yang demikian memukau tersebut. Maka peserta pun ramai-ramai diajak mengibing ala bandrong. Soal musik ini Pak Eddy Nalapraya, sesepuh pencak silat, berkomentar �lestarikan pula alat musik ini, jangan cuman silatnya�, ujarnya � liat suling panjang ini, sekarang siapa yang bisa memainkannya?�. Benar saja, berbagai alat musik tradisonal petingtung tergolong semakin sedikit orang yang bisa memainkannya. Pelestarian pencak silat, bandrong misalnya seyogyanya juga meliputi budaya lainnya semisal alat musiknya, pakainnya, serta tradisi-tradisi lainnya�


Demikianlah dalam suasana kekeluargaan, acara diskusi ditutup menjelang sore di hari sabtu yang agak panas itu� Selalu terbayang,: seekor ikan terbang, Ikan bandrong, meluncur gagah diangkasa, setelah keluar dari laut nan biru di lautan sekitar Banten. Ikan yang mengilhami para pendekar dahulu akan keperkasaan alam, kekuatan dahsyat Sang Pencipta Alam Semesta.


Kita belajar dari Alam, untuk mengenal Sang Pencipta Alam melalui budaya warisan leluhur pencak silat tradisional

Oleh : Ian S yamsudin ( silatindonesia.com )

GERAK SAKA Bergerak Sesukanya dengan Rasa



Cobalah untuk memukulnya. Dijamin tangan lelaki berusia 58 tahun itu akan berkelebat cepat. Tangan kiri menangkis serangan berbarengan dengan tangan kanan menerjang muka lawan.

Cash and carry. Kalau diserang, langsung kite bayar kontan, ujar Muhammad Sani sembari tertawa.

Itulah karakter khas Gerak Saka. Aliran silat ini berasal dari Jawa Barat. Ini semula memang bela diri internal keluarga menak Sunda keturunan Prabu Siliwangi, kata Sani.

Raden H Muhammad Sjafe'i (1931-2001) adalah orang yang membawa bela diri tradisional ini ke Jakarta.

Bang Pe'i, demikian Muhammad Sjafe'i biasa disapa, belajar dari salah seorang kerabat istrinya, Raden Widarma. Meski keturunan bangsawan Pandeglang, Pe'i semula juga tak diperkenankan untuk mempelajarinya.

Ki Sura (nama aslinya tidak diketahui), salah seorang paman istri Bang Pe'i, akhirnya memberi izin Pe'i muda untuk memperdalam ilmu silat ini.

Pe'i juga diizinkan untuk mengajarkan ilmu ini kepada orang di luar lingkungan keluarga, asalkan mengubah nama alirannya. Aslinya bernama Gerak Gulung Pribumi, kata Sani.

Ketika mengembangkannya di Petojo, Jakarta Selatan, Pe'i mengubah namanya menjadi Gerak Saka. Singkatan dari Sakadaekna (bahasa Sunda) yang artinya sesukanya, kata Sani.

Maksudnya, ketika bertarung, gerakan aliran silat ini memiliki fleksibilitas bagaimana melumpuhkan lawan. Kena matanya bisa, mau serang kemaluan boleh, mau ambil ulu hati juga nggak apa-apa, ujarnya.

Selain Sani, dua ahli waris lainnya adalah H Abdullah di Condet dan H Nunung di Rawa Belong, yang lalu membentuk Gerak Sanalika.

Kesederhanaan dan fleksibilitas menjadi ciri khasnya. Aliran ini tidak memiliki kembang dan hanya memiliki lima jurus. Jurus-jurus ini sebenarnya hanya merupakan gerakan-gerakan dasar yang dalam aplikasinya berkembang sesuai dengan situasi pertarungan dan kondisi lawan.

Ilmu silat ini memang khusus untuk bertarung. Ketika menyerang, tangan digunakan hanya untuk menjangkau dan memukul daerah berbahaya lawan, seperti mata, leher, ulu hati, dan kemaluan.

Dalam ilmu ini kita memang diajarkan harus melumpuhkan lawan secepat mungkin, ucap Sani.

Tak seperti aliran silat lain yang lebih menekankan pada kecepatan dan kekuatan, ilmu bela diri ini bertumpu pada rasa, yakni sensitivitas untuk membaca sirkulasi pergerakan dan tenaga lawan lewat sentuhan tangan. Makanya ilmu ini juga disebut Gerak Rasa.

Rasa penting dalam perkelahian karena tangan yang terlatih akan memiliki kepekaan dan secara otomatis mengantisipasi gerakan lawan tanpa melihat.

Ketika bertarung, wajah kita justru berpaling dari musuh dan hanya melihat lawan lewat sudut mata, kata Sani. Unik, bukan?

Penulis :
AMAL IHSAN
Koran Tempo
Edisi : Sabtu, 24 Februari 2007

Pengenalan Golok Sunda sebuah budaya yang perlu diperhatikan



Anatomi golok sunda Golok atau bedog sunda sangat beragam, karena tiap daerah di Jawa Barat memiliki variasi bentuk tersendiri yang disesuaikan dengan kebutuhan, fungsi, dan karakteristik masing-masing masyarakat penggunanya. Golok (bedog) sunda umumnya memiliki bilah dengan panjang lebih dari siku tangan, namun ada pula bilah golok yang berukuran pendek kalau pendek disebut Golok 'bedog', golok sunda yang memiliki panjang bilah lebih dari siku tangan disebut kolewang atau gobang. Menurut fungsi golok untuk keperluan perkakas disebut Pakakas dan yang berupa senjata disebut Pakarang.
Bagian utama dari sebuah golok adalah bilah kalau di sunda disebut Wilah, dan penamaan golok umumnya berdasarkan pada bentuk bilahnya yang terbuat dari campuran besi dan baja, malah jaman dahulu ada yang mencampur pasir, perak,perunggu dan emas (kemungkinan malah dicampur dengan yang lain-lain), dengan berbagai macam-macam pula teknik tempanya.

Bilah golok disebut wilah:

-Bilah buntut disebut paksi.
-Ekor pada pangkal bilah yang dimasukkan pada pegangan golok disebut peurah.
-perut bilah disebut beuteung.
-Bagian yang tumpul dinamakan punggung disebut Tonggong.
-Ujung bilah golok disebut Congo
-Punggung bilah golok sunda ada yang lurus ada pula yang berpunggung melengkung atau dalam istilah Bentik.
-Ada bilah golok yang melengkung disebut Curug

Gagang Golok disebut Perah :

- Gagang melengkung dan memiliki ujungnya berbentuk bulat disebut eluk.
- Gagang atau perah yang agak miring dan melengkung berfungsi agar golok dapat digenggam dengan kuat dan nyaman.
- Ujung gagang atau perah yang ada 'cantelan'nya berfungsi agar jari kelingking terkait, menahan genggaman tangan agar tidak lepas tergelincir.
- Perah kebanyakan dibuat dari bahan kayu dan tanduk kerbau, selain itu juga digunakan tanduk rusa dan tulang hewan sesuai dengan keinginan.
-Biasanya bila bentuk bilah melengkung maka bentuk perah pun dibentuk melengkung

Sarung golok disebut sarangka :
- Fungsi utama Sarangka adalah agar golok dapat mudah dan aman untuk dibawa.
-Penyelipan sarangka dipinggang disebut 'disoren'
- Sama seperti perah, sarangka juga umumnya terbuat dari kayu. Adapula ditemukan sarangka yang terbuat dari kulit hewan, tetapi ini sangat jarang karena terhitung tidak aman dan cepat rusak, juga sulit mencari kulit binatangnya.
- Gelang-gelang pengikat sarangka yang terbuat dari tanduk kerbau atau lembaran logam yang disebut Barlen
- Pengikat kain golok disebut Simpay.
- Tempat gantungan golok ada di bagian luar sarangka disebut simeut meuting.

Dan bagi para pemain golok sunda dalam silat tua biasanya mengerti alur darah pada golok yang disebut dengan Runcang atau Jegong.

golok sunda